Rabu, 31 Oktober 2012

Banjarmasin


Pintu gerbang dengan tulisan 1606 (tahun ketika VOC pertama kali datang di Banjarmasin) dibangun untuk menyambut kedatangan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Dirk Fock pada tahun 1924
Pintu gerbang dengan tulisan 1606 (tahun ketika VOC pertama kali datang di Banjarmasin) dibangun untuk menyambut kedatangan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Dirk Fock pada tahun 1924

Sekilas Peran Banjarmasin dimasa Lalu

Kehidupan di Kota Banjarmasin memang tidak terpisahkan dari Sungai Barito dan beserta anak-anak sungainya. Sejah dahulu Banjarmasin memegang peranan strategis  dalam lalu lintas perdagangan antar pulau, karena terletak di pertemuan antara sungai Barito dan  Sungai Martapura yang Luas dan dalam. Terletak 22 km dari laut Jawa, sungai – sungai tersebut tentunya dapat dilayari kapal  besar sehingga kapal-kapal Samudera dapat merapat hingga Kota Banjarmasin.

Pada zaman Belanda, Banjarmasin menjadi pelabuhan masuk dan keluar bagi seluruh daerah aliran Sungai Barito dan merupakan pelabuhan transito untuk kapal – kapal yang datang dari Singapura dan Jawa, ke pantai timur Kalimantan. Barang-barang hasil hutan seperti rotan, damar, kapur barus, karet, telur itik, buah-buahan, barang anyaman rotan, serta batu-batuan permata dan berlian. Barang yang masuk dari Jawa dan Singapura terdiri dari beras, ikan asin, barang-barang pecah belah, minyak tanah, garam, besi dan lain-lain.

Sedangkan industri yang berkembang milik warga Eropa yang terdiri diBanjarmasin pada waktu itu terdiri dari Pabrik Es, galangan kapal kecil milik Borneo Industri Mij dan Perdagangan yang dikelola oleh Borneo Soernatra Handel Mij, Heiinnenman & Co, dan Kantor Cabang dari Javasche Bank en Factorij.

Pada masa itu, Banjarmasin mempunyai pelayaran yang teratur dan langsung dengan sampit, Kotabaru, Samarinda, Martapura, Marabahan, Negara, Amuntai, Buntok, Muara Teweh dan Kuala Kapuas serta di luar Kalimantan dengan Surabaya dan Singapura.
Kawasan Banjarmasin awalnya sebuah perkampungan bernama "Banjarmasih" (terletak di Bagian utara Banjarmasin). Tahun 1606 pertama kali VOC-Belanda mengunjungi Banjarmasin, saat itu masih terletak di muara sungai Kuin.
Kota-kota yang terkenal di pulau Kalimantan pada awal abad ke-18 adalah Borneo (Brunei City), Ноrmata, Marudo, Bendamarfin (Banjarmasin), dan Lava (Lawai). Tahun 1747, VOC-Belanda memperoleh Pulau Tatas (Banjarmasin bagian Barat) yang menjadi pusat Banjarmasin semenjak saat itu hingga ditinggalkan Belanda tahun 1809.
Tahun 1812 Inggris menduduki Banjarmasin dan menyerahkannya kemali kepada Belanda tahun 1817. Daerah Banjar Lama (Kuin) dan Banjarmasin bagian Timur masih tetap menjadi daerah pemerintahan pribumi di bawah Sultan Banjar yang berkedudukan di keraton Martapura (istana kenegaraan) hingga diserahkan pada tanggal 14 Mei 1826.
Tahun 1849, Banjarmasin (Pulau Tatas) menjadi ibukota Divisi Selatan dan Timur Borneo. Saat itu rumah Residen terletak di Kampung Amerong berhadap-hadapan dengan Istana pribadi Sultan di Kampung Sungai Mesa yang dipisahkan oleh sungai Martapura.
Pulau Tatas yang menjadi daerah hunian orang Belanda dinamakan kotta-blanda. Ditetapkan dalam Staatblaad tahun 1898 no. 178, kota ini merupakan Onderafdeeling Banjarmasin en Ommelanden (1898-1902), yang merupakan bagian dari Afdeeling Bandjermasin en Ommelanden (Banjarmasin dan daerah sekitarnya).
Tahun 1918, Banjarmasin, ibukota Residentie Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo mendapat Gemeente-Raad.
Pada 1 Juli 1919, Deean gemeente mulai berlaku beranggotakan 7 orang Eropa, 4 Bumiputra dan 2 Timur Asing.
Pada tahun 1936 ditetapkan Ordonantie pembentukan Gouvernementen Sumatra, Borneo en de Groote-Oost (Stbld. 1936/68). Borneo Barat dan Borneo Selatan-Timur menjadi daerah Karesidenan dan sebagai Gouvernementen Sumatra, Borneo en de Groote-Oost yang pusat pemerintahannya adalah Banjarmasin.
Tahun 1938, otonomi kota Banjarmasin ditingkatkan dengan Stads Gemeente Banjarmasin karena Banjarmasin sebagai ibukota Gouvernemen Borneo.
Tanggal 16 Februari 1942, Jepang menduduki Banjarmasin, kemudian dibentuk pemerintahan pendudukan bagi Borneo & kawasan Timur di bawah Angkatan Laut Jepang.
Tanggal 17 September 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu (tentara Australia) yang memasuki Banjarmasin.
Tanggal 1 Juli 1946 H. J. van Mook menerima daerah Borneo en de Groote-Oost dari tentara pendudukan Sekutu dan menyusun rencana pemerintahan federal melalui Konferensi Malino (16-22 Juli 1966) dan Konferensi Denpasar (7-24 Desember 1946) yang memutuskan pembentukan 4 negara bagian yaitu Jawa, Sumatera, Borneo (Netherlands Borneo) dan Timur Besar (Negara Indonesia Timur), namun pembentukan negara Borneo terhalang karena ditentang rakyat Banjarmasin.
Tahun 1946 Banjarmasin sebagai ibukota Daerah Banjar satuan kenegaraan sebagai daerah bagian dari Republik Indonesia Serikat. Kotapradja Banjarmasin termasuk ke dalam Daerah Banjar, meskipun demikian Daerah Banjar tidak boleh mencampuri hak-hak dan kewajiban rumah-tangga Kotapradja Banjarmasin dalam daerahnya sendiri.

Penguasa Kota Banjarmasin

  • Patih Masih, kepala kampung Banjarmasih (Kuin Utara)
  • Sultan Suriansyah, berkedudukan di Kuin
  • Sultan Rahmatullah, berkedudukan di Kuin
  • Sultan Mustainbillah, berkedudukan di Kuin
  • Sultan Agung, berkedudukan di Sungai Pangeran
  • Pangeran Abdullah bin Sultan Muhammadillah, Putra Mahkota
  • Pangeran Dupa, Putra Mahkota[96]
  • Jan van Suchtelen (1747-1752), residen Belanda di Tatas
  • Bernard te Lintelo (1752-1757), residen Belanda di Tatas
  • R. Ringholm (1757-1764), residen Belanda di Tatas
  • L.W. de Lile (1760-1764), residen Belanda di Tatas
  • Willem Adriaan Palm (1764-1777), residen Belanda di Tatas
  • Piter Waalbek (1777-1784), residen Belanda di Tatas
  • Barend van der Worm (1784-1787), residen Belanda di Tatas
  • Alexander Hare (1812), Resident-Comissioner Inggris di Tatas
  • I.N. Nieuwen Huyzen (1860), residen Belanda di Tatas
  • C.A. Kroesen (1898), residen Belanda di Tatas
  • C.J. Van Kempen (1924), residen Belanda di Tatas. Mulai tahun 1919 Banjarmasin memiliki Burgemester (Walikota)
  • J. De Haan (1924-1929), residen Belanda di Tatas
  • R. Koppenel (1929-1931), residen Belanda di Tatas
  • W.G. Morggeustrom (1933-1937), residen Belanda di Tatas

Asal Nama

Asal mula nama Kota Banjarmasin berasal dari sejarah panjang Kota Banjarmasin. Pada saat itu dikenal nama Istilah Banjarmasih. Sebutan ini diambil dari nama salah seoarang Patih yang sangat berjasa dalam pendirian Kerajaan Banjar, yaitu Patih Masih, yang berasal dari Desa Oloh Masih yang dalam bahasa Ngaju berarti orang Melayu atau Kampung Orang Melayu. Desa Oloh Masih inilah yang kemudian menjadi Kampung Banjarmasih.

Patih Masih bersama dengan beberapa Patih lainnya sepakat mengangkat Pangeran Samudera mejadi Raja. Pangeran Semudera ini adalah seorang Putera Kerajaan Daha  yang terbuang dan mengasingkan diri di desa Oloh Masih. Sejak itu terbentuklah kerajaan Banjar. Pangeran Samudera kemudian menaklukkan Muara Bahan dan kerajaan kecil lainnya serta jalur-jalur sungai sebagai pusat perdagangan pada waktu itu.

Kemajuan kerajaan Banjar ini tentu saja mengusik kekuasaan Pangeran Tumenggung, raja Daha yang juga Paman dari Pangeran Samudera. Sehingga terjadi penyerbuan oleh Daha. Peperangan yang berlarut-larut  menyebabkan Pangeran Samudera terdesak, dan meminta Kerajaan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama dan terbesar di Nusantara. Demak bersedia membantu kerajaan Banjar, dengan syarat raja dan rakyatnya masuk Islam. Pengeran Samudera setuju dan tentara Demak datang bersama Khatib Dayan yang kemudian mengislamkan rakyat Banjar. Sejak itu Pangeran Samudera berganti nama menjadi Sultan Suriansyah.

Dengan bantuan Demak, Banjar menyerbu Daha dan mengalahkannya. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 24 Desember 1526, sehingga tanggal tersebut dijadikan sebagai :
  • Hari kemenangan Pangeran Samudera, dan cikal bakal Kerajaan Islam Banjar
  • Penyerahan kerajaan Daha kepada kerajaan Banjar.
  • Hari Jadi Kota Bandjarmasih sebagai ibukota kerajaan baru yang menguasai sungai dan daratan Kalimantan Selatan.
Sampai dengan tahun 1664 surat-surat dari Belanda ke Indonesia untuk kerajaan Banjarmasin masih menyebut Kerajaan Banjarmasin dalam ucapan Belanda “Bandzermash”. Setelah tahun 1664 sebutan itu berubah menjadi Bandjarmassin, dan pertengahan abad 19, sejak jaman jepang kembali disebut  Bandjarmasin atau dalam ejaan baru bahas Indonesia menjadi Banjarmasin.

Nama lain kota Banjarmasin adalah kota Tatas diambil dari nama pulau Tatas yaitu delta yang membentuk wilayah kecamatan Banjarmasin Barat dan sebagian Banjarmasin Tengah yang dahulu sebagai pusat pemerintahan Residen Belanda

Perjalanan Sejarah

  • 1526 : "Banjarmasih", yang artinya perkampungan "Oloh Masih" (orang Melayu), dipimpin kepala kampung berasal dari Sumatera yang bergelar Patih Masih.
  • 1526-1550 : Masa pemerintahan Pangeran Samudera (Raja I) di Banjarmasin. Setelah mendapat dukungan Kesultanan Demak untuk lepas dari Kerajaan Negara Daha.
  • 24 September 1526/6 Zulhijjah 932 H : Pangeran Samudera memeluk Islam dan bergelar Sultan Suriansyah. Tanggal ini dijadikan Hari Jadi Kota Banjarmasin, sekarang 480 tahun.
  • 1550-1570 : Masa pemerintahan Sultan Rahmatullah (Raja II) di Banjarmasin
  • 1570-1620 : Masa pemerintahan Sultan Hidayatullah (Raja III) di Banjarmasin
  • 1520-1620 : Masa pemerintahan Sultan Musta'inbillah (Raja IV) di Banjarmasin hingga 1612.
  • 1596 : Belanda merampas 2 jung lada dari Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten.
  • 7 Juli 1607 : Ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin.
  • 1612 : Belanda menembak hancur Banjar Lama (kampung Keraton) di Kuin, sehingga ibukota kerajaan dipindahkan dari Banjarmasin ke Martapura.
  • 1734-1759 : Masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I di Martapura.
  • 10 Sya'ban 1159 H : Renovasi dan pembuatan Lawang Agung Masjid Sultan Suriansyah oleh Kiai Demang Astungkara di masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I.
  • 27 Rajab 1296 H : Pembuatan mimbar Masjid Sultan Suriansyah oleh Haji Muhammad Ali an-Najri.
  • 15 Muharram 1251 H/1825 : Undang Undang Sultan Adam/UUSA 1825.
  • 1857-1859 : Pemerintahan Sultan Tamjidillah yang ditetapkan Belanda menjadi raja Banjar menggantikan Sultan Adam.
  • 1859 : Sultan Tamjidillah diasingkan ke Bogor, Pangeran Mangkubumi Hidayat diasingkan ke Cianjur.
  • 1860 : Wilayah Kerajaan Banjar dijadikan Afdeeling Bandjermasin dan Afdeeling Oloe Soengai.
  • 1900 : Soeara Borneo, didirikan di Banjarmasin, menggunakan bahasa Melayu.
  • 1901 : Pewarta Borneo, terbit menggunakan bahasa Melayu. Berdirinya perkumpulan sosial Seri Budiman.
  • 1904 : Budi Sempurna, perkumpulan sosial yang didirikan Kiai Mohammad Zamzam.
  • 1906 : Sinar Borneo, terbit menggunakan bahasa Melayu. Berdirinya perkumpulan Indra Buana.
  • 1907 : Pengharapan terbit menggunakan bahasa Melayu.
  • 1916 : Al Madrasatul Arabiah dan Al Waliah berdiri di Seberang Mesjid, Banjarmasin Tengah.
  • 1918 : Banjarmasin, ibukota Residentie Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo mendapat Gemeente-Raad.
  • 1 Juli 1919 : Deean gemeente mulai berlaku beranggotakan 7 orang Eropa, 4 Bumiputra dan 2 Timur Asing.
  • 1923 : Nasional Borneo Kongres I. Dunia Isteri, organisasi wanita Sarekat Islam dipimpin Ny. Masiah.
  • 1924 : Nasional Borneo Kongres II
  • 1926 : Surat kabar Bintang Borneo(bahasa Melayu-China) dan Borneo Post (bahasa Belanda) dengan W. Schmid sebagai redakturnya.
  • 1927 : Soeara Borneo, didirikan oleh Hausman Baboe, bercorak nasional serta memuat berita-berita nasional.
  • 1929 : Persatuan Putera Borneo, merupakan cabang dari Persatuan Pemuda Borneo Surabaya di Banjarmasin yang dipengaruhi nasionalisme PNI Soekarno.
  • 1930 : Bendahara Borneo, nama suatu usaha Studi Fonds di Banjarmasin yang anggotanya dari kaum pegawai.
  • 4 April 1935 : Gereja Dayak Evangelis berdiri di Banjarmasin.
  • 1938 : Otonomi kota Banjarmasin ditingkatkan dengan Stads Gemeente Banjarmasin.
  • 1942 : R. Mulder, walikota Banjarmasin dalam pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
  • Februari 1942 :Borneo Shimbun, nama surat kabar yang diterbitkan Jepang untuk Kalimantan Selatan.
  • 1945-1957 : Banjarmasin sebagai ibukota provinsi Kalimantan dengan gubernur Ir. H. Pangeran Muhammad Noor.
  • 9 November 1945 : Pertempuran di Banjarmasin
  • 10 Nopember 1991 : Peresmian Museum Wasaka oleh Gubernur Kalsel Ir. H. Muhammad Said
  • 23 Mei 1997 : Peristiwa Jumat Kelabu/Jumat Membara, kampanye pemilu yang berakhir kerusuhan bernuansa SARA (partai).
  • 2005 : Terpilihnya H. Ahmad Yudhi Wahyuni Usman sebagai walikota untuk masa jabatan 2005-2009

Masjid Sultan Suriansyah


Sejarah Kota Banjarmasin tidak akan bisa dipisahkan dari Sultan Suriansyah, pendiri dan raja pertama kerajaan Banjar. Sultan Suriansyah merupakan raja Kerajaan Banjar pertama yang memeluk agama Islam. Salah satu bukti peninggalannnya adalah Masjid Sultan Suriansyah. Masjid ini terletak di Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin sekitar setengah jam perjalanan dari pusat Kota. Selain dengan angkutan darat, kita juga bisa mengunjungi masjid ini dengan menggunakan transportasi sungai karena masjid ini juga terletak di pinggir Sungai Kuin.

Masjid dengan arsitektur kuno ini masih kokoh berdiri hingga sekarang, didalamnya kita bisa melihat ornamen-ornamen khas banjar. Didalam masjid juga terdapat sebuah Mimbar Kuno yang masih digunakan oleh khatib untuk khutbah Jum’at. Walaupun tidak terlalu besar, masjid Sultan Suriansyah adalah saksi bisu perkembangan Kota Banjarmasin dari masa ke masa.
Tidak jauh dari Masjid, kita juga dapat melihat Kompleks Makam Sultan Suriansyah. Masyarakat banyak yang datang untuk berziarah ke makam ini, apalagi pada hari-hari libur. Dikomplek makan ini juga terdapat sebuah museum kecil tempat menyimpan peninggalan sejarah kerajaan Banjar.

Kampung Sasirangan Banjarmasin


Kampung Sasirangan adalah tempat pembuatan batik khas Banjarmasin yaitu kain sasirangan dimana pembuatan batik ini masih menggunakan cara tradisional seperti kerajinan batik di pulau jawa. 
Kampung Sasirangan terletak di Jalan Seberang Masjid Kelurahan Kampung Melayu, sejak 2010 telah dijadikan salah satu obyek wisata souvenir kerajinan kain dan busana sasirangan. Pembentukan kampung sasirangan oleh Dinas Pariwisata Pemkot Banjarmasin ini bertujuan memudahkan pembeli sekaligus sarana pembinaan kepada usaha mikro kecil dan menengah.

Kain Sasirangan

Kain Sasirangan ini asal mulanya digunakan atau dipercaya untuk kesembuhan bagi orang yang tertimpa suatu penyakit (pamintaan). Kain ini dipakai pada upacara adat suku daerah Banjar. Kain sasirangan ini berbentuk laung (ikat kepala), kekamban (kerudung) dan tapih bumin (kain sarung). Sebagai bahan pewarna diambil dari bahan bahan pewarna alam seperti jahe, air pohon pisang, daun pandan dll.
Menurut sejarah sekitar abad XII sampai abad ke XIV pada masa kerajaan Dipa, di Kalimantan Selatan telah dikenal masyarakat sejenis batik sandang yang disebut Kain Calapan yang kemudian dikenal dengan nama Kain Sasirangan.
Menurut cerita rakyat atau sahibul hikayat, kain sasirangan yang pertama dibuat yaitu tatkala Patih Lambung Mangkurat bertapa selama 40 hari 40 malam di atas rakit balarut banyu. Menjelang akhir tapanya rakit Patih tiba di daerah Rantau kota Bagantung. Dilihatnya seonggok buih dan dari dalam buih terdengan suara seorang wanita, wanita itu adalah Putri Junjung Buih yang kelak menjadi Raja di Banua ini. Tetapi ia baru muncul ke permukaan kalau syarat-syarat yang dimintanya dipenuhi, yaitu sebuah istana Batung yang diselesaikan dalam sehari dan kain dapat selesai sehari yang ditenun dan dicalap atau diwarnai oleh 40 orang putri dengan motif wadi / padiwaringin. Itulah kain calapan / sasirangan yang pertama kali dibuat.
Kain Sasirangan adalah kain yang didapat dari proses pewarnaan rintang dengan menggunakan bahan perintang seperti tali, benang atau sejenisnya menurut corak-corak tertentu. Pada dasarnya teknik pewarnaan rintang mengakibatkan tempat-tempat tertentu akan terhalang atau tidak tertembus oleh penetrasi larutan zat warna. Prosesnya sering diusahakan dalam bentuk industri rumah tangga, karena tidak diperlukan peralatan khusus, cukup dengan tangan saja untuk mendapatkan motif maupun corak tertentu, melalui teknik jahitan tangan dan ikatan.
Sebagai bahan baku kainnya, yang banyak digunakan hingga saat ini adalah bahan kain yang berasal dari serat kapas (katun). Hal tersebut disebabkan karena pada mulai tumbuhnya pembuatan kain celup ikat adalah sejalan dengan proses celup rintang yang lain seperti batik dan tekstil adat. Untuk saat ini pengembangan bahan baku cukup meningkat, dengan penganekaragaman bahan baku non kapas seperti : polyester, rayon, sutera, dan lain-lain.
Desain/corak didapat dari teknik-teknik jahitan dan ikatan yang ditentukan oleh beberapa faktor, selain dari komposisi warna dan efek yang timbul antara lain : jenis benang/jenis bahan pengikat.
Dengan mengkombinasikan antara motif-motif asli yang satu dengan motif asli yang lainnya, maka kain kain sasirangan makin menarik dan kelihatan modern Selain itu motif-motif tersebut dimodifikasi sehingga menciptakan motif-motif yang sangat indah namun tidak meninggalkan ciri khasnya. Adapun corak atau motif yang dikenal antara lain Kembang Kacang, Ombak Sinapur Karang, Bintang Bahambur, Turun Dayang, Daun Jaruju, Kangkung Kaombakan, Kulit Kayu, Sarigading, Parada dll.
Produk barang jadi yang dihasilkan dari kain Sasirangan yaitu Kebaya, Hem, Selendang, Jilbab, Gorden, Taplak Meja, Sapu Tangan, Sprei dll. Penggunaan Kain Sasirangan inipun lebih meluas yaitu untuk busana pria maupun wanita yang dipakai sehari-hari baik resmi atau tidak.

Makam Pangeran Antasari

 
Pangeran Antasari adalah salah satu Pahlawan Nasional dari Kalimantan Selatan yang turut berperang melawan penjajah Belanda untuk membela wilayah Kalimantan Selatan. Pangeran Antasari lahir di Banjarmasin tahun 1809. Walau seorang ningrat, ia sangat merakyat. Karenanya, ia sangat paham pen­deritaan rakyat di bawah jajahan Belanda.
Pangeran Antasari dibantu beberapa ke­pala daerah Hulu Sungai, Martapura, Barito, Pelaihari, Kahayan. Kapuas dan lani-lain berte­kad mengusir Belanda dari Kerajaan Banjar. Takterelakan, perang pun terjadi pada 18 April 1859. Pada Pertempuran itu Belanda men­dapat kesulitan.
Pada Oktober 1862. ia merencanakan serangan besar-besaran ke benteng Belanda. Kekuatan sudah dikumpulkan. Namun, saat itu wabah cacar menyerang. Pangeran Antasari pun terkena hingga merenggut nyawanya. Ia meninggal dunia di Bayan Begak (Kalsel) pada 11 Oktober 1862 dan dimakamkan di Kelurahan Sungai Jingah Banjarmasin Utara. Dan ditempat tersebut dibangun Komplek pemakaman Pahlawan Nasional  dengan nama Komplek Makam Pangeran Antasari, ditempat tersebut juga terdapat makam Ratu Antasari yang merupakan isteri Pangeran Antasari serta makam Pahlawan lainnya seperti Panglima Batur yaitu panglima perang pengikut setia Pangeran Antasari, Hasanuddun HM ( Hasanuddin bin Haji Madjedi ) yaitu pahlawan Ampera didaerah ini seorang mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin yang wafat tahun 1966.

Taman Siring Martapura

Taman Siring Sungai Martapura berada di pinggir Sungai Martapura, tepatnya diseberang Kompleks Mesjid Raya Sabilal Muhtadin Jl. Jendral Sudirman Banjarmaasin. Taman Siring Sungai Martapura dibangun pada tahun 2004 . Hal ini membuat objek wisata ini, bisa menjadi pilihan yang tepat bagi anda untuk bersantai dan bercengkrama dengan keluarga atau sesama teman.
Kota Banjarmasin yang identik dengan Kota Seribu Sungai rasanya tidak lengkap anda kunjungi jika tidak sempat ke Taman Siring Sungai Martapura. Dengan   akses yang mudah dan tanpa biaya masuk, tempat ini layak masuk dalam daftar tempat yang harus dikunjungi ketika di Banjarmasin.
Pada Akhir pekan,  tempat ini cukup ramai dikunjungi oleh warga Banjarmasin. Baik hanya sekedar untuk bersantai atau hanya sekedar menikmati angin sepoi-sepoi di sore hari. Tempat ini juga dijadikan tempat hang out bagi para muda – mudi Banjarmasin.

Pasar Terapung Banjarmasin

 
Pasar Terapung Muara Kuin adalah Pasar Tradisional yang berada di atas sungai Barito di muara sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Para pedagang dan pembeli menggunakan jukung, sebutan perahu dalam bahasa Banjar. Pasar ini mulai setelah shalat Subuh sampai selepas pukul 07:00 pagi. Matahari terbit memantulkan cahaya di antara transaksi sayur-mayur dan hasil kebun dari kampung-kampung sepanjang aliran sungai Barito dan anak-anak sungainya.

Suasana dan kegiatan pasar

Dengan menyaksikan panoramanya, wisatawan seakan-akan sedang tamasya. Jukung-jukung dengan sarat muatan barang dagangan sayur mayur, buah-buahan, segala jenis ikan dan berbagai kebutuhan rumah tangga tersedia di pasar terapung. Ketika matahari mulai muncul berangsur-angsur pasar pun mulai menyepi, sang pedagang pun mulai beranjak meninggalkan pasar terapung membawa hasil yang diperoleh dengan kepuasan.
Suasana pasar terapung yang unik dan khas adalah berdesak-desakan antara perahu besar dan kecil saling mencari pembeli dan penjual yang selalu berseliweran kian kemari dan selalu oleng dimainkan gelombang sungai Barito. Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pada pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung atau pembagian pedagang bersarkan barang dagangan.Para pedagang wanita yang berperahu menjual hasil produksinya sendiri atau tetangganya disebut dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan. Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk, sesuatu yang unik dan langka.

Potensi wisata


Obyek wisata ini sering dianggap sebagai daya tarik yang fantastik, Banjarmasin bagaikan Venesia di Timur Dunia, karena keduanya memiliki potensi wisata sungai. Namun kedua kota berbeda alam dan latar belakang budayanya. Di Banjarmasin masih banyak ditemui di sepanjang sungai rumah-rumah terapung yang disebut rumah lanting, yang selalu oleng dimainkan gelombang.

Daerah Kuin merupakan tipe permukiman yang berada di sepanjang aliran sungai (waterfront village) yang memiliki beberapa daya tarik pariwisata, baik berupa wisata alam, wisata budaya maupun wisata budaya. Kehidupan masyarakatnya erat dengan kehidupan sungai seperti pasar terapung, perkampungan tepian sungai dengan arsitektur tradisionalnya. Hilir mudiknya aneka perahu tradisional dengan beraneka muatan merupakan atraksi yang menarik bagi wisatawan, bahkan diharapkan dapat dikembangkan menjadi desa wisata sehingga dapat menjadi pembentuk citra dalam promosi kepariwisataan Kalimantan Selatan. Masih di kawasan yang sama wisatawan dapat pula mengunjungi Masjid Sultan Suriansyah dan Komplek Makam Sultan Suriansyah, pulau Kembang, pulau Kaget dan pulau Bakut. Di Kuin juga terdapat kerajinan ukiran untuk ornamen rumah Banjar.

Kini pasar terapung Kuin dipastikan menyusul punah berganti dengan pasar darat. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Kuin harus menelan kekecewaan karena tidak menjumpai adanya geliat eksotisme pasar di atas air.
Kepunahan pasar tradisional di daerah "seribu sungai" ini dipicu oleh kemaruk budaya darat serta ditunjang dengan pembangunan daerah yang selalu berorientasi kedaratan. Jalur-jalur sungai dan kanal musnah tergantikan dengan kemudahan jalan darat. Masyarakat yang dulu banyak memiliki jukung, sekarang telah bangga memiliki sepeda motor atau mobil.

Pasar Terapung Buatan

Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin Kalimantan Selatan (Kalsel) akan membangun pasar terapung tradisional yang selama ini berada di atas sungai Barito di muara sungai Kuin, Banjarmasin ke sungai kerokan jalan Zafi Zam-Zam.
Gagasan membangun pasar terapung buatan tersebut bertujuan untuk memudahkan wisatawan yang ingin menyaksikan pasar terapung tanpa harus jauh-jauh ke muara kuin. Selain itu kita juga ingin melestarikan dan terus membina para pedagang pasar terapung yang kini terus berkurang.
Sebagaimana diketahui, untuk bisa menyaksikan pasar terapung para wisatawan harus rela bangun sebelum subuh untuk menuju ke sungai Barito Muara Kuin Banjarmasin dengan mengendarai kapal kayu bermesin atau disebut kelotok.
Wisatawan pun juga harus rela menembus dinginnya suasana pagi dengan perjalanan sekitar setengah jam dari dermaga pemberangkatan yang terletak di depan masjid bersejarah Sultan Suriansyah.
Kondisi tersebut membuat sebagian wisatawan enggan untuk bisa menikmati eksotiknya wisata pasar terapung, karena terlambat sedikit pasar yang kini pedagangnya terus berkurang tersebut telah bubar.
Dengan adanya pasar terapung yang aksesnya lebih mudah terjangkau oleh wisatawan akan mampu menyedot wisatawan lokal, nasional maupun mancanegara lebih banyak lagi datang ke Banjarmasin.
Saat ini pasar terapung masih merupakan wisata andalan Kalsel, yang bila tidak dijaga kelestariannya dikhawatirkan akan menghilang tergerus oleh pasar-pasar modern.
Sekarang ini antara wisatawan dan pedagangnya lebih banyak wisatawannya, sehingga bila kondisi ini dibiarkan dikhawatirkan lama kelamaan pasar terapung tinggal menjadi sejarah.
Tentang kunjungan wisatawan di Kalsel, berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Kalsel jumlahnya terus bertambah. Namun bertambahnya jumlah tersebut apakah murni wisatawan atau tamu yang kebetulan berkunjung untuk tugas atau perjalanan dinas atau memang ingin menyaksikan wisata Kalsel.

Pantai Amal Tarakan

 PANTAI Amal Tarakan sering dikunjungi berbagai lapisan masyarakat untuk sekadar refreshing menikmati keindahan pantai sambil bercengkerama atau melepas lelah sehabis bekerja dan beraktivitas. Jadi sekalipun bukan masa liburan, pantai ini tetap ramai dikunjungi dan menjadi salah satu pantai kebanggaan masyarakat Tarakan. Pantai ini berada di bagian timur Kota Tarakan dan merupakan nama salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Tarakan Timur, dalam konteks sejarah Pantai Amal merupakan lokasi pendaratan pertama tentara Jepang di Indonesia pada tahun 1942. Pantai ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan, baik roda dua maupun roda empat dengan jarak tempuh kurang lebih 11 km dari pusat kota dalam waktu kurang lebih 20 menit.
Pantai Amal Tarakan sering dibedakan antara Pantai Amal Lama dan Pantai Amal Baru yang sebetulnya satu garis pantai memanjang ± 12 KM tidak memiliki pasir putih seperti pantai di beberapa kawasan wisata di pulau Bali maupun pantai Indonesia lainnya. Namun, memiliki pesona pariwisata yang layak menjadi target dalam daftar kunjungan wisata Anda. Saat cuaca sedang cerah, keindahan alam akan tampak secara jelas di pesisir pantai kawasan ini. Wisata Pantai Amal juga menawarkan kuliner khas kota Tarakan hasil olahan makanan laut. Bila anda berkunjung ke Pantai Amal sangat disayangkan bila tidak mencicipi kuliner Kapah rebus (sejenis kerang) yang dipadukan dengan sambal dadakan (sambal mentah). Kapah tersebut bisa dikonsumsi langsung tanpa nasi atau menjadi lauk nasi, pecinta kuliner akan dimanjakan dengan tekstur kenyal dan gurih dari panganan seafood tersebut. Selain kapah, masih ada udang goring/ rebus, pisang dan singkong goreng yang dipadukan dengan sambal kacang. Pesona ini tentu memiliki daya tarik Wisata kuliner yang sudah menjadi buah bibir, tidak hanya bagi masyarakat Tarakan namun juga bagi masyarakat sekitar pulau Tarakan.

Es Kue

Es Kue

KLIK - DetailBahan:
130 gr tepung hunkwe
1250 ml santan
250 gr gula pasir
150 gr nangka matang, potong ½ x ½ x 1/2 cm
Pewarna hijau
Plastik tebal, potong ukuran 10 x 4 x 1 cm

Cara membuat:
1. Campur jadi satu, tepung hunkwe, gula pasir dan santan, aduk rata, bagi adonan, 2/3 bagian beri warna hijau dan 1/3 bagian berwarna putih.
2. Ambil 1/2 bagian adonan hijau, jerang di atas api hingga mendidih dan kental, tuang dalam loyang 8 x 20 x 7 cm. Sisihkan.
3. Ambil 1/3 bagian adonan putih, jerang di atas api hingga mendidih dan kental, masukkan potongan nangka, aduk rata. Tuang adonan di atas warna hijau, ratakan.
4. Ambil sisa adonan hijau, jerang di atas api hingga mendidih dan kental, tuang di atas warna putih. Dinginkan hingga keras.
5. Ptong-potong kue ukuran 1 cm, bungkus dengan plastik, simpan dalam freezer hingga beku.

Sate Kuah

Pernah menyeruput kuah sate? Mungkin sebagian masyarakat masih asing dengan sate yang diberi kuah. Karena biasanya sate yang dikenal menggunakan dua macam bumbu yaitu, bumbu kacang atau kecap.
Jika ingin merasakan sate yang berkuah tak ada salahnya sesekali mengunjungi warung Sate Kuah Pak Obai di Jalan Latumenten, Jelambar, Jakarta Barat. Dengan bahan rempah pilihan, membuat aroma sate kuah Pak Obai begitu menggoda selera. Ada satu menu lagi yang tak boleh ditinggalkan, yakni sate tangkar yang berisi tulang dan daging sapi.

Di warung yang hanya berukuran 4x6 meter, hampir setiap saat selalu dipenuhi penggemar sate kuah. Jika ingin mencicipi rasanya, disarankan datang setelah jam makan siang.
Berdagang Sate Kuah di jalani Obai Ahmad Sofyan selama 10 tahun. Pembuatan sate kuah di ilhami menu masakan soto daging dan kuah gulai. Maka dicoba menu daging yang ditusuk-tusuk dengan memberikan kuah gulai. Tapi lebih dari itu, tambahan bumbu dapur yang lengkap menjadi masakannya kaya akan rasa dan baunya pun begitu harum.

Obai memiliki resep tersendiri untuk menghilangkan bau daging sapi serta menghilangkan alotnya daging. "Daging sapi kita rebus beberapa jam lamanya sebelum ditusuk. Saat dibakar, daging sapi diolesi bumbu dapur terlebih dahulu dan kemudian dibakar, dan itu dilakukan berulang kali," kata Obai.

Begitu juga dengan kuahnya, pembuatan dilakukan seperti membuat kuah santan pada gulai. Namun khusus kuah sate miliknya, Obai menambahkan bahan rempah untuk menambah kenikmatan serta memberi keharuman pada masakannya. "Rata-rata pengunjung akan memuji kelezatan rasa kuah sate," jelas pria yang bermukim di Grogol Petamburan, Jelambar, Jakarta Barat ini.

Selain Sate Kuah daging sapi, warung milik Obai juga menyediakan menu lain berupa Soto Tangkar, yakni Soto campur yang terdiri dari daging sapi, tulang muda, babat, kikil, dan beberapa bahan lain. Bagi penggemar masakan yang terbuat dari daging sapi, Soto Tangkar tak kalah lezatnya dibanding dengan Sate Kuah.

Untuk Sate Kuah dijual dengan harga 10.000 per porsi plus sepiring nasi. Harga yang sama juga berlaku untuk Soto Tangkar. Selain rasanya yang lezat, harganya juga murah. Dari sinilah, pelanggan yang datang ke warungnya makin hari kian bertambah.

Keterampilan mengolah bumbu dapur yang dimiliki Obai, ternyata didapat ketika ia bekerja di katering yang dimiliki neneknya. Lambat laun, Obai makin terampil meramu sejumlah bumbu hingga menemukan rasa yang pas. "Dulu saya sempat ikut nenek usaha ketering atau membantunya memasak di sebuah acara, secara tak langsung saya pun tau bagaimana caranya memasak. Dan berbekal keahlian memasak inilah yang akhirnya mendorong saya mencoba usaha jual soto dan sate," kenang Obai yang sempat bekerja sebagai sopir truk di Jakarta.

Setelah sepuluh tahun berusaha, kini Obai bisa memetik hasilnya. Bahkan, Obai sudah membuka warung makan di Pluit Jakarta Utara. Dari dua tempat ini, Obai mampu meraup omzet hingga Rp 2 juta sepekan. Tidak hanya itu, Obai juga membantu keluarganya yang sedang menganggur dengan mempekerjakan mereka di warung makan miliknya.

Asinan Betawi

Panas dan jauh bukan halangan untuk mencicipi asinan ini. Kelezatannya sudah tersiar seantero Jakarta, bahkan sampai ke luar kota! Campuran sayur-sayuran segar disiram dengan kuah kacang dan ditemani dengan kerupuk mie renyah. Siapa bisa tahan?

Jakarta tengah hari yang terik seperti biasa membuat saya kepikiran asinan. Hmm... Pasti rasanya yang asam-pedas-segar bisa membuat mata yang ngantuk ini jadi melek lagi. Berhubung sebentar lagi ulang tahun Jakarta, saya bertekad memuaskan ngidam saya dengan mencari asinan Betawi paling enak se Betawi.

Berbekal informasi dari teman dan rekomendasi dari internet, saya berangkat menuju Rawamangun. Konon, di sinilah salah satu asinan Betawi paling tersohor berada. 'Asinan Kamboja Haji Mansyur', saya membaca ulang tulisan di secarik kertas yang saya bawa-bawa agar tak nyasar.

Patokan warung makan ini adalah Rumah Sakit Persahabatan. Dari situ, Anda bisa bertanya kepada orang sekitar di mana asinan Haji Mansyur. Jangan cuma sebut 'asinan Kamboja', soalnya di Jalan Taman Kamboja ini ada dua asinan Betawi. Letaknya memang masuk agak dalam, di tengah-tengah pemukiman. Namun, di depannya ada tempat parkir cukup luas. Kalau naik angkutan umum dan malas berjalan kaki, naik bajaj saja.

Sesampainya saya di sana, sudah ada beberapa orang yang mengantri ingin membawa pulang asinan. Untung saja tempat makannya yang berkapasitas 24 orang masih sepi. Saya langsung memesan asinan sayur untuk dimakan di tempat. Maklum, sudah tak tahan!

Tak lama kemudian, datanglah sepiring asinan sayur (Rp 10.000) lengkap dengan kerupuk mie dan kerupuk warna merah muda. Seperti umumnya asinan Betawi, isinya terdiri dari tauge, timun, kol, selada, tahu putih, dan kacang tanah. Sayur mayur ini disiram dengan kuah kacang kemerahan yang agak kental.

Kenikmatan asinan ini langsung terasa saat suapan pertama. Sayur-sayurannya segar dan renyah, baru dicampur jika ada yang pesan. Kuahnya nikmat, gurih dan agak pedas, bikin sensasi makan asinan semakin seru. Di sela-sela mengunyah, saya menyeruput es teh manis (Rp 3,000) untuk membilas panas yang tersisa di lidah. Habis itu, saya patahkan kerupuk mie dan mencocol kuah asinan untuk ngemil. Kriuk kriuk! Ujungnya yang agak lembek kena saus jadi makin asyik dikunyah.

Kalau menurut Anda kuahnya masih terasa kurang pedas, ada sambal campuran kacang, cabai hijau, plus oncom yang tersedia di meja. Kalau ingin mengajarkan anak makan sayuran dengan menyuapkan asinan, Anda bisa menambahkan gula merah cair yang sekilas mirip kecap agar kuahnya terasa lebih manis. Kerupuk mie jumbo juga bebas Anda ambil kalau masih terasa kurang.

Belum habis sepiring, perut saya sudah terasa kenyang. Porsinya memang agak banyak. Rasanya sayang sekali menyisakan asinan yang nikmat ini, tapi apa daya perut saya sudah tak muat. Oh iya, warung makan ini hanya menyediakan asinan sayur dan asinan buah (Rp 9,000) lho, tidak ada menu makanan lain. Pilihan minuman pun terbatas pada teh botol, es teh manis, atau air putih.

Ternyata tak rugi saya rela jauh-jauh ke Rawamangun di tengah cuaca terik, demi sepiring asinan Haji Mansyur. Betul kata orang, asinannya memang nikmat! Saat saya beranjak pulang pun masih ada beberapa orang yang antri. Sementara itu, area makannya mulai dipenuhi keluarga, karyawan, atau warga sekitar yang rindu kenikmatan racikan Haji Mansyur.

Asinan Betawi Haji Mansyur
Jl. Taman Kamboja No. 10 RT 08 RW 11
Rawamangun, Jakarta Timur
Telepon: 021-4707242
Buka setiap hari, pukul 09.30-21.00

Sop Buntut




Slruup! Anget gurih Sup buntut goreng Buat penggemar daging pastinya menu sup buntut goreng ini cocok dijadikan pilihan untuk makan siang nanti. Tidak hanya bisa menikmati daging yang garing diluar dan empuk di dalam. Kuah kaldu sapi yang hangat dengan tomat dan wortel yang segar bakal menambah nikmatnya.

Sup buntut goreng alias Fried Oxtail Soup ini memang sudah memiliki tempat tersendiri bagi para penggemarnya. Sup buntut goreng ini sebenarnya merupakan varian lain dari sup buntut klasik. Bedanya terletak pada potongan buntut yang disajikan dengan cara digoreng dan diberi racikan bumbu sehingga rasanya gurih harum.

Bahan utama sup ini tentunya berupa buntut sapi. Bisa memakai buntut sapi lokal yang cenderung sedikit berlemak atau jika suka bisa juga memakai buntut sapi import yang lemaknya banyak namun dagingnya juga tebal.

Untuk menu yang satu ini biasanya buntut sapi disajikan dalam beberapa potong buntut dalam piring. Kuah sup beraroma kaldu dan sayurannya disajikan secara terpisah seperti daun bawang, tomat, seledri dan wortel. Setelah semuanya diracik saja rasanya jadi lebih gurih dan enak.

Untuk memakan buntut goreng ini tentunya bisa dinikmati sesuai selera. Buat yang tidak ingin melewatkan garingnya daging buntut ini bisa memakannya dagingnya dulu dan kemudian menghirup kuahnya yang beraroma kaldu. Bisa juga dengan cara mencampurkan potongan buntut ke dalam kuah kaldu. Agar makin sehar bisa juga ditambahkan dengan kucuran jeruk nipis dan sambal rawit.

Buat Anda penggemar sup buntut goreng berikut beberapa pilihan restoran yang menyediakan menu ini.

Daput Buntut
Jl. KH. Abdullah Syafei No.50D
Jakarta
Telp: 021-8310555

Sop Buntut Ibu Samino
Jl. Setia Budi No. 18
(Belakang Wisma Bakrie)
Karet Kuningan - Jakarta
Telp: 021-70833833

Andrawina Restoran
Sahid Jaya Hotel Lv.GF
Jl. Jend. Sudirman No. 86
Jakarta Pusat
Telp: 021-5704444 ext.1424

Sup Buntut An (Mr.Sangid Ex Borobudur)
Gading Batavia Food Promenade
Blok LC 8/30 Kelapa Gading
Jakarta Utara
Telpon: 021-45854334, 45854335

Sup Buntut Semoga (Cut Mutia)
Jl. Menteng Kecil 1
Jakarta Pusat
Telpon : 021-3924213, 3146266

Bakerz In
Plaza Senayan Lt.2
Jakarta Selatan

Selasa, 30 Oktober 2012

Seniman wayang orang tewas di emper gedung kesenian Semarang

Suratmin (60) seniman wayang orang yang merupakan tukang tabuh gender (penuntun nada) ditemukan tewas di belakang gedung pagelaran wayang orang Ki Narto Sabdo kompleks Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang Selasa (30/10) sore.

Jasad Mbah Min, panggilan akrabnya yang mengenakan celana cokelat muda dan baju biru ber logo Badan Narkotika Nasional (BNN) itu pertama kali ditemukan oleh Sihanto (50) Warga Plamongansari RT 06 RW 15 Kecamatan Pedurungan, Semarang.

"Usai turun dari sepeda motor, saya lihat Mbah Min sudah tidak bergerak," kata Ketua Karawitan Sanggar Wayang Orang Ngesti Pandhawa di lokasi kejadian.

Sihanto menjelaskan, Mbah Min orangnya pendiam dan jarang bersosialisasi. Dugaan tentang sakit yang mungkin diderita korban, Sihanto juga tidak bisa menjelaskan.

"Mbah Min itu orangnya ya gitu, entah lapar, entah gak punya uang, entah sakit, dia itu tidak pernah ngomong. Tidurnya ya di situ (lokasi penemuan mayat), kemarin masih ngopi (beli kopi) lho, masih sehat, jalan-jalan," terang Sihanto.

Sihanto menambahkan, terakhir sekitar seminggu lalu, keluarga korban mengajak pulang tapi tidak mau. "Sering, keluarganya mau mengajaknya pulang, tapi Mbah Min tidak mau, kayaknya ada hubungan kurang baik dengan keluarganya," tuturnya.

Saksi lain, Antok (30), menyatakan, sekitar pukul 15.00 dia melihat korban masih membeli minuman di warung tak jauh dari lokasi. "Tadi dia masih beli minum, tuh Aqua gelasnya yang ditaruh di atas almari tempat Mbah Min menaruh barang-barangnya," terang Antok.

Mbah Min adalah seniman pemain karawitan sebagai tukang tabuh gender (penuntun nada) di sanggar wayang orang Ngesti Pandhawa Semarang. Menurut Widyo Leksono, pekerja seni yang sering dipanggil Babahe di kompleks TBRS, Mbah Min sudah puluhan tahun ikut dalam kelompok kesenian wayang orang yang biasa pentas setiap Sabtu malam Minggu di Gedung Ki Narto Sabdo.

"Mbah Min adalah orang Semarang asli, keluarganya ada di daerah Karangjati Semarang," kata Babahe.

Kisah ulama Indonesia pertahankan makam Nabi yang hendak digusur

Pada tahun 1924-1925, Arab Saudi dipimpin oleh Ibnu Saud, Raja Najed yang beraliran Wahabi. Aliran ini sangat dominan di tanah Haram, sehingga aliran lain tidak diberi ruang dan gerak untuk mengerjakan mazhabnya.

Semasa kepemimpinan Ibnu Saud, terjadi eksodus besar-besaran ulama dari seluruh dunia. Mereka kembali ke negara masing-masing, termasuk para pelajar Indonesia yang sedang mencari ilmu di Arab Saudi.

Aliran Wahabi yang terkenal puritan, berupaya menjaga kemurnian agara dari musyrik dan bid'ah. Maka beberapa tempat bersejarah, seperti rumah Nabi Muhammad SAW dan sahabat, termasuk makam Nabi Muhammad pun hendak dibongkar.

Umat Islam Indonesia yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah merasa sangat perihatin kemudian mengirimkan utusan menemui Raja Ibnu Saud. Utusan inilah yang kemudian disebut dengan Komite Hijaz.

Komite Hijaz ini merupakan sebuah kepanitiaan kecil yang dipimpin oleh KH Abdul Wahab Chasbullah. Setelah berdiri, Komite Hijaz menemui Raja Ibnu Suud di Hijaz (Saudi Arabia) untuk menyampaikan beberapa permohonan, seperti meminta Hijaz memberikan kebebasan kepada umat Islam di Arab untuk melakukan ibadah sesuai dengan madzhab yang mereka anut.

Karena untuk mengirim utusan ini diperlukan adanya organisasi yang formal, maka didirikanlah Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926, yang secara formal mengirimkan delegasi ke Hijaz untuk menemui Raja Ibnu Saud.

Adapun lima permohonan yang disampaikan oleh Komite Hijaz, seperti ditulis di situs www.nu.or.id tersebut adalah:

Pertama, memohon diberlakukan kemerdekaan bermazhab di negeri Hijaz pada salah satu dari mazhab empat, yakni Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali. Atas dasar kemerdekaan bermazhab tersebut hendaknya dilakukan giliran antara imam-imam shalat Jum’at di Masjidil Haram dan hendaknya tidak dilarang pula masuknya kitab-kitab yang berdasarkan mazhab tersebut di bidang tasawuf, aqidah maupun fikih ke dalam negeri Hijaz, seperti karangan Imam Ghazali, imam Sanusi dan lain-lainnya yang sudaha terkenal kebenarannya.

Kedua, memohon untuk tetap diramaikan tempat-tempat bersejarah yang terkenal sebab tempat-tempat tersebut diwaqafkan untuk masjid seperti tempat kelahiran Siti Fatimah dan bangunan Khaezuran dan lain-lainnya berdasarkan firman Allah "Hanyalah orang yang meramaikan Masjid Allah orang-orang yang beriman kepada Allah" dan firman Nya "Dan siapa yang lebih aniaya dari pada orang yang menghalang-halangi orang lain untuk menyebut nama Allah dalam masjidnya dan berusaha untuk merobohkannya."

Ketiga, memohon agar disebarluaskan ke seluruh dunia, setiap tahun sebelum datangnya musim haji menganai tarif/ketentuan beaya yang harus diserahkan oleh jamaah haji kepada syaikh dan muthowwif dari mulai Jedah sampai pulang lagi ke Jedah. Dengan demikian orang yang akan menunaikan ibadah haji dapat menyediakan perbekalan yang cukup buat pulang-perginya dan agar supaya mereka tidak dimintai lagi lebih dari ketentuan pemerintah.

Keempat, memohon agar semua hukum yang berlaku di negeri Hijaz, ditulis dalam bentuk undang-undang agar tidak terjadi pelanggaran terhadap undang-undang tersebut.

Kelima, Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) memohon balasan surat dari Yang Mulia yang menjelaskan bahwa kedua orang delegasinya benar-benar menyampaikan surat mandatnya dan permohonan-permohonan NU kepada Yang Mulia dan hendaknya surat balasan tersebut diserahkan kepada kedua delegasi tersebut.

Dari pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Komite Hijaz yang merupakan respons terhadap perkembangan dunia internasional ini menjadi faktor terpenting didirikannya oeganisasi NU. Berkat kegigihan para kiai yang tergabung dalam Komite Hijaz, aspirasi dari umat Islam Indonesia yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah diterima oleh raja Ibnu Saud. Makam Nabi Muhammad yang akan dibongkar pun tidak jadi dihancurkan.

Mengungkap asal usul Patih Gajah Mada yang misterius

Keberadaan dan asal-usul pahlawan yang kondang dengan Sumpah Palapa ini masih menjadi misteri bagi semua orang. Bahkan para ahli sejarah pun belum menemukan kata sepakat dimana dia dilahirkan. Dimana dia dibesarkan sampai bagaimana sosok Patih Gajah Mada menghabiskan masa tuanya sampai saat ini menjadi tanda tanya besar. Serta menjadi teka-teki sejarah yang belum terpecahkan.
Ada bahasan menarik yang disampaikan oleh sastrawan Anuf Chafiddi atau sering dipanggil Viddy AD Daery dalam makalahnya dalam Seminar Sesi II tentang Kontroversi Gajah Mada dalam Perspektif Fiksi dan Sejarah di Borobudur Writers & Cultural Festival 2012 di Manohara Hotel, Kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang, Jateng Senin (29/10).
Secara tegas dirinya memberikan judul dalam makalahnya; "Foklor Mengenai Gajah Mada Lahir di Modo, Lamongan" yang artinya menyatakan dirinya yakin bahwa Gajah Mada dilahirkan, besar dan mati di Lamongan, Jatim.
"Gajah Mada pahlawan maha besar nusantara itu lahir di wilayah Lamongan, Jawa Timur? Untuk menjawab pertanyaan itu akan menimbulkan berbagai macam jawaban kalau ditanyakan ke banyak orang. Namun kalau ditanyakan kepada saya. Jawaban saya adalah betul," ungkap Viddy.
Ada lima alasan yang menjadikan Viddy yakin bahwa Gajah Mada berasal dari Lamongan, Jatim. Alasan itu di antaranya, di daerah Desa Modo dan sekitarnya termasuk Desa Pamotan, Desa Ngimbang, Desa Bluluk, Desa Sukorame dan sekitarnya tersebar foklor atau cerita rakyat. Dongeng dari mulut ke mulut mengisahkan bahwa Gajah Mada adalah kelahiran wilayah Desa Modo.
Kelima desa itu merupakan daerah ibu kota sejak didirikan jaman Kerajaan Kahuripan Erlangga. Bahkan anak cucu raja juga mendirikan ibu kota di situ. Alasanya strategis alamnya bergunung-gunung, bagus untuk pertahanan dan dekat dengan Kali Lamong cabang Kali Brantas. Selain itu ada jalan raya Kahuripan-Tuban yang dibatasi Sungai Bengawan Solo di Pelabuhan Bubat (kini bernama Kota Babat). Ibu kota ini baru digeser oleh cicit Airlangga ke arah Kertosono-Nganjuk.
Kemudian baru di zaman Jayabaya digeser lagi ke Mamenang, Kediri. Selanjutnya oleh Ken Arok, digeser masuk lagi ke Singosari. Baru kemudian oleh R Wijaya dikembalikan ke arah muara yaitu ke Tarik. Namun, anaknya yang akan dijadikan penggantinya yakni Tribuana Tunggadewi diratukan di daerah Lamongan-Pamotan-Bluluk lagi yaitu di Kahuripan alias Rani Kahuripan, Lamongan.
"Ketika Gajah Mada menyelamatkan Raja Jayanegara dari amukan pemberontak Ra Kuti, dibawanya Jayanegara ke arah Lamongan yaitu di Badender (bisa Badender Bojonegoro, bisa Badender kabuh, Jombang, keduanya memiliki rute ke arah Lamongan (Pamotan-Modo-Bluluk dan sekitarnya). Itu sesuai teori masa anak-anak dimana kalau anak kecil atau remaja berkelahi di luar desa pasti jika kalah lari menyelamatkan diri masuk ke desa minta dukungan. Di desanya banyak teman, kerabat maupun guru silatnya. Saya kira Gajah Mada juga menerapkan taktik itu,"ungkapnya.
Sebuah situs kuburan Ibunda Gajah Mada, yaitu Nyai Andongsari juga menjadikan Viddy yakin bahwa patih kerajaan jaman Majapahit itu berasal dari Lamongan. Kemudian juga ada situs kuburan yang sampai saat ini menjadi perdebatan dan kontroversial yang diyakini warga sekitar merupakan kuburan patih Gajah Mada. Namun, kuburan itu dalam posisi dan berkarakter kuburan islam.
"Kuburannya menghadap ke arah persis sebagaimana kuburan orang Islam. Kalau misalnya hal ini benar maka wajar saja masa tua Gajah Mada tidak ditulis di babad-babad atau kitab kuno. Sengaja disisihkan atau dihapus dari sejarah karena Gajah Mada mungkin dianggap 'murtad' atau semacam itu," jelasnya.
Arkeolog sekaligus sejarawan Fakultas Sejarah Universitas Indonesia (UI) Agus Aris Munandar menyatakan secara arkeologis belum ditemukan data tentang asal muasal dan keberadaan pasti Gajah Mada. Bahkan beberapa temuan prasasti-prasasti yang menyinggung tentang cerita Gajah Mada belum dan tidak bisa digunakan untuk penelitian dan memastikan benang merah sejarah cikal bakal Gajah Mada itu sendiri.
"Beberapa data soal keberadaan Gajah Mada yang belum digunakan. Data Gajah Mada secara arkeologis tidak ada. Yang ada nanti jika digunakan menjadi tafsir di atas tafsir. Prasasti yang terabaikan itu diantaranya: Prasasti Gajah Mada di situs Candi Singosari (Tahun 1351 M), Prasasti Relief Mahameru (Pawitra) yang menjelaskan Mahameru sebagai titik asis mundi.
Kemudian penemuan Candi Tikus di situs Trowulan yang gayanya mirip Candi Singosari. Mungkinkah Candi Tikus diperintah Gajah Mada untuk dibangun.
"Candi Kepung 7 meter di muka tanah sangat dekat dengan Candi Tikus di Kepung Kediri. Ada lagi Prasasti Hemadwalandit, Prasasti Bendodari (Tahun 1360 M),"tuturnya.
Agus Aris menyatakan karena tidak ada bukti arkeologis yang ditemukan terkait keberadaan dan cikal bakal Gajah Mada dan saking menariknya tokoh yang satu ini, banyak sekali daerah yang sampai mengklaim secara lisan bahwa di daerah mereka merupakan asal muasal maupun tempat meninggalnya Gajah Mada.
"Ada yang mengakui bahwa Gajah Mada dari Buton, Gajah Mada dari Wange-wange Bali. Ada yang bahkan mengatakan bahwa Gajah Mada adalah keturunan pasukan Tor-Tor,"ungkap Agus Aris Munandar.
Sampai saat ini, penelitian Arkeologi belum berhasil menemukan jati diri, sosok Gajah Mada yang seutuhnya. Sebab dari arkeologi sejarah, mempunya peringkat validitas data.
"Data primer, data sekunder dan data tertier. Berita- berita dari mulut ke mulut (folklor) itu, menurut Aris itu merupakan data tersier dan bersifat negatif. Data primer prasasti itu mutlak dan dibuat pada jamanya. Prasasti dengan angka tahun dihargai dengan angka tahun. Data pendukung: zaman, bergeser. Negarakertagama lebih falid dari Pararathon. Ada peringkat yang tidak bisa kami tabrak begitu saja. Silahkan multi tafsir nanti akan diperbaiki," kata Agus.
Sumber:

Sabtu, 27 Oktober 2012

Bisnis Gelap ‘Like’ di Facebook

Para pengguna Facebook yang mengklik link yang berbunyi “Klik ini jika Anda membenci kanker” bisa jadi mendapatkan kejutan yang tidak menyenangkan. Link seperti gambar ini tidak berpengaruh apa-apa dan hanya digunakan untuk mengumpulkan “like” yang akan dijual. Membuat para penipu online menjadi kaya.
Like yang Anda berikan bisa membuat mereka makin kaya. (Facebook)
Begitu telah mengumpulkan banyak “like”, halaman itu kemudian dijual untuk mendapatkan uang kepada para pelaku bisnis agar mereka agar terlihat populer.

Sebuah blog yang diposkan oleh Daylan Pearce, ahli mesin pencari di Next Digital di Melbourne, menjelaskan bagaimana cara kerja penipuan (scam) dan menunjukkan bagaimana halaman-halaman tersebut dijual.

Unggahan gambar yang berisi deskripsi seperti “Klik ‘like’ jika Anda bisa melihat harimau”, atau “Berikan komentar dan lihatlah apa yang akan terjadi” digunakan untuk mengumpulkan “like” dan komentar untuk sejumlah halaman.

Begitu halamannya telah mengumpulkan ribuan “like” dan komentar, maka halaman itu akan memiliki posisi tertinggi dalam News Feed para pengguna Facebook. “Like” bagaikan mata uang bagi situs tersebut.

Pearce mengungkapkan bahwa halaman dengan 100.000 “like” dapat dijual seharga $200 (sekitar Rp2 juta).

Pearce menjelaskan dalam blognya, semakin banyak “like” dan “share” dan komentar yang didapat, semakin terbuka pula peluang mendapatkan keuntungan dalam jangka waktu pendek dan panjang.

Begitu sebuah halaman sudah mendapatkan 700 ribu “like” (dengan cara menipu), maka halaman itu akan dijual ke orang lain yang ingin populer dalam waktu cepat. Informasi halaman pun diubah — bukan lagi soal kanker, binatang dsb tetapi mengenai bisnis.

David Em, peniliti jaringan keamanan senior di Kaspersky Lab berkata, “Situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter mengalami peningkatan target kejahatan dunia maya.”

“Alasan utamanya adalah kepercayaan yang dirasakan oleh orang-orang saat berhubungan dengan para sahabat mereka secara online. Orang-orang lebih senang mengklik sebuah link yang dibagikan teman, dan rasa kepercayaan itulah yang dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan di dunia maya.” (Yahoo! News)

Rabu, 24 Oktober 2012

Cagar Alam Mutis

Cagar Alam Mutis PDF Print E-mail
  Cagar Alam Mutis
  
  



A. Selayang Pandang
Cagar Alam Gunung Mutis merupakan salah satu obyek wisata andalan yang dimiliki oleh Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kawasan wisata ini terkenal dengan gunung-gunung batu marmernya yang oleh masyarakat setempat disebut Faut Kanaf atau batu nama. Di bawah Faut Kanaf, terdapat sumber-sumber mata air yang disebut Oe Kanaf atau air dari batu. Air yang bersumber dari Faut Kanaf tersebut mengalir menuju satu titik dan membentuk dua buah DAS (Daerah Aliran Sungai), yang oleh masyarakat disebut DAS Benain dan DAS Noelmina. Kedua DAS ini merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat Timor Tengah Barat sampai hari ini.
Kawasan wisata yang berjarak sekitar 140 km sebelah timur laut dari Kota Kupang ini memiliki luas wilayah sekitar 12.000 hektar dan dihuni oleh salah satu suku tertua di Nusa Tenggara Timur, yaitu Suku Dawan.

B. Keistimewaan
Berkunjung ke Kawasan Wisata Cagar Alam Gunung Mutis sungguh menarik. Sejuta flora dan fauna hidup di dalamnya. Kawasan Wisata Gunung Mutis memiliki tipe vegetasi yang merupakan perwakilan hutan homogen dataran tinggi. Kawasan ini juga didominasi berbagai jenis ampupu (eucalyptus urophylla) yang tumbuh secara alami dan jenis cendana (santalum album). Selain itu di sini dapat ditemui berbagai jenis pohon lainnya seperti hue (eucalyptus alba), bijaema (elacocarpus petiolata), haubesi (olea paniculata), kakau atau cemara gunung (casuarina equisetifolia), manuk molo (decaspermum fruticosum), dan oben (eugenia littorale).




Ada juga jenis tumbuh-tumbuhan seperti salalu (podocarpus rumphii), natwon (decaspermum glaucescens), natbona (pittospermum timorensis), kunbone (asophylla glaucescens), tune (podocarpus imbricata), natom (daphniphylum glauceccens), kunkaikole (veecinium ef. varingifolium), tastasi (vitex negundo). Kemudian ada juga manmana (croton caudatus), mismolo (maesa latifolia), kismolo (toddalia asiatica), pipsau (harissonia perforata), matoi (omalanthus populneu), dan aneka jenis paku-pakuan dan rumput-rumputan.



Selain kaya dengan flora, kawasan wisata Mutis juga menyimpan aneka fauna khas Pulau Timor. Di kawasan ini, pengunjung dapat menyaksikan rusa timor (cervus timorensis), kus-kus (phalanger orientalis), babi hutan (sus vitatus), biawak (varanus salvator), biawak timor (varanus timorensis). Di kawasan ini juga terdapat ular sanca timor (phyton timorensis), ayam hutan (gallus-gallus), punai timor (treon psittacea), betet timor (apromictus jonguilaceus), pergam timor (ducula cineracea), dan perkici dada kuning (trichoglosus haematodus).

Pemandangan menarik lainnya yang dapat disaksikan adalah cara suku-suku asli di kawasan wisata ini untuk menafkahi hidupnya. Dengan memanfaatkan dahan dan ranting pohon-pohon besar, penduduk setempat membuatkan rumah bagi lebah hutan penghasil madu. Dari madu lebah hutan ini, masyarakat dapat berharap banyak untuk menopang kehidupan ekonominya, selain dari hasil ternak dan pertanian.



Daftar Jenis Burung yang ada di gunung mutis :

  • Ducula cineracea
  • Turacoena modesta
  • Macropygia magna
  • Trichoglossus euteles
  • Psitteuteles iris
  • Aprosmictus jonquillaceus
  • Halcyon australasia
  • Saxicola gutturalis
  • Zoothera dohertyi
  • Zoothera peronii
  • Buettikoferella bivittata
  • Phylloscopus presbytes
  • Cyornis hyacinthinus
  • Gerygone inornata
  • Pachycephala orpheus
  • Heleia muelleri
  • Lichmera flavicans
  • Myzomela vulnerata
  • Meliphaga reticulata
  • Philemon inornatus
  • Erythrura tricolor
  • Oriolus melanotis
  • Sphecotheres viridis
C. Lokasi
Secara geografis, Cagar Alam Gunung Mutis terletak di wilayah Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.


     

D. Akses
Untuk mencapai Mutis perjalanan dimulai dari Kota Kupang menuju SoE, kota Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan jarak 110 km dan waktu tempuh kurang lebih 2,5 jam. Dari SoE, perjalanan dilanjutkan dengan menumpang bus menuju Kapan, Kota Kecamatan Mollo Utara. Dari Kapan, perjalanan dilanjutkan menuju Desa Fatumnasi, sebuah desa yang berada di lereng Gunung Mutis dan merupakan pintu masuk untuk memasuki kawasan wisata ini. Perjalanan sejauh 15 km dengan menggunakan bus tersebut akan mengantarkan pengunjung memasuki kawasan wisata Gunung Mutis yang sungguh mempesona itu.

Perang Penfui

Perang Penfui PDF Print E-mail
 
 
Pada Desember 1941, 1300 laki-laki dan persediaan yang terdiri Sparrow Force tiba di Kupang, Timor Island dari Darwin Australia. Peran mereka adalah untuk membantu pasukan Hindia Belanda Timur Army yang tertunda untuk mengusir invasi Timor oleh pasukan Imperial Jepang.

Pada 19 Februari 1942 Angkatan Udara Jepang yang dimulai bom Kupang dan Penfui - Bandara Eltari lapangan. Pada 20 Februari mulai berjuang sungguh-sungguh di daerah terpencil, mulai dari Kupang, Oesapa Besar dan sekitar Penfui.
 

Gelombang pertama invasi Jepang termasuk 1000 pasukan para(payung) didukung oleh Fighter Bombers dan pesawat terbang. Pasukan payung yang mendarat di Babao dan berjuang sengit terjadi di bagian terpencil ketika mereka bertemu dengan perlawanan dari Australia.
Pada sore tanggal 20 Februari, Pasukan "A" berangkat dari Penfui untuk memenuhi pasukan Jepang di Babao dan merebut kembali Babaunya. Tdk tetap berjuang terus melalui sepanjang malam menujui Oesau.


Pada 21 Februari pasukan Australi terus bergerak lewati barisan Jepang sampai mereka bertemu pasukan payung utama Jepang yang telah digali dengan posisi yang sangat dibentengi bersenjata dengan senjata mesin, mortars, terkait lainnya senjata ringan dan pesawat terbang "Fighter".
Pada pagi 22 Februari pasukan Australi telah banyak menderita luka dan tewas dan kehabisan persediaan dan laki-laki mencoba untuk mengambil Oesau Ridge, pimpinan pasukan Australi Kolonel Leggett kemudian memutuskan bahwa cara terbaik untuk maju adalah untuk perintah sebuah sarangan pisau terhadap posisi Jepang.

Hal ini direncanakan terjadi mulai jam 5 sore. Jika sarangannya berhasil maka pasukan Australi akan dapat melanjutkan ke Champlong untuk merebut kembali di Champlongnya yang mereka percaya berada di tangan Jepang. Setelah di Champlong mereka juga dapat kembali pada ketentuan dan mengambil bantuan jika memang ada bantuan di sana.

Pasukan Australi menyelesaikan tugasnya untuk merebut kembali Oesau Ridge dan dikalahkan pasukan payung Jepang. Di sepanjang jalan orang Timor menderita banyak orang terluka dan mati juga. Orang Timor memberikan bantuan banyak kepada pasukan Australi dan memiliki banyak pahlawan yang telah memberikan segala korban mencoba untuk mengusir Jepang.
 
Pada pagi 23 Februari pasukan Australi menilai jumlah luka, laki-laki yang masih bisa berperang dan pasokannya ketika pasukan Jepang dari tanknya mereka membawa bendera putih muncul di belakang truk pasokan Australi yang penuh dengan banyak orang berluka. Pimpinan pasukan Jepang memberikan ultimatum untuk pasukan Australi untuk menyerah dalam waktu satu jam atau mereka akan dibom dari keberadaan dari jumlah musuh yang masih sangat banyak.

Alternatif lainnya tidak melihat, pasukan Australi yaitu orang-orang dari Batalyon 2/ke40 AIF "Sparrow Force" menyerah pada jam 9 pagi dan menjadi tahanan perang dari Pasukan Imperial Jepang. Mereka sangat menderita dari hari itu sampai pada akhir Perang pada 15 Agustus 1945. Pada saat itu mereka menyebar di seluruh Asia termasuk Jepang sendiri sebagai tahanan perang.

Maka orang-orang yang selamat dari Batalyon 2/ke40 AIF "Sparrow Force" ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan mendalam kepada Orang Timor dan bersyukur kepada Orang Timor bantuan untuk mereka kekal dan persahabatan.

Kerajaan Amanatun

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kerajaan Amanatun (Onam) terletak di pulau Timor bagian barat, wilayah Indonesia dan merupakan kerajaan tua. Di era kemerdekaan kerajaan Amanatun bersama kerajaan Molo (Oenam) dan kerajaan Amanuban (Banam) membentuk kabupaten Timor Tengah Selatan (dalam bahasa Belanda disebut Zuid Midden Timor) dengan ibu kota SoE - provinsi Nusa Tenggara Timur.

Pada tahun 1920 kota SoE ditetapkan menjadi ibukota Zuid Midden Timor (Timor Tengah Selatan) atas kesepakatan bersama dari ketiga Raja yakni Raja Lay Akun Oematan sebagai Raja Molo, Raja Pae Nope sebagai Raja Amanuban dan Raja Kolo Banunaek sebagai Raja Amanatun.

Nama kota SoE sendiri sudah mulai dikenal pada tahun ±1905/1906 oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada masa pemerintahan Belanda Kerajaan Amanuban dan Kerajaan Amanatun pernah berkantor bersama di Niki-niki. Hal ini disebabkan karena belum adanya jalan ke wilayah Amanatun dan Belanda takut ke sana.

Jauh sebelum datangnya bangsa Portugis dan Belanda di Indonesia maka kerajaan Amanatun sudah ada dan mempunyai pemerintahan sendiri yang asli.
 

Arsip sejarah


Dalam tex Dao Zhi dari tahun 1350 sejak dinasti Sung sudah mengenal Timor dan ada beberapa pintu gerbang pelabuhan laut yang ramai yang dikunjungi di Timor dan salah satunya yang penting adalah di Batumiao-Batumean Fatumean Tun Am (Tun Am )yang sudah ramai dikunjungi oleh pedagang - pedagang Makasar, Malaka, Jawa, Cina dan kemudian eropa seperti Spanyol, Inggris, Portugis,Belanda

Tercatat dalam arsip kuno Portugis Summaria relaçam do Que Obrerao os relegiozas dan ordem dos pregadores bahwa pada tahun 1641 ketika bangsa Portugis dan bala tentaranya dari Larantuka, Flores tiba di kerajaan Amanatun/Tun Am- Fatumean ( Bitimiao) maka seorang paderi bernama Frey Lucas da Cruz berhasil membaptiskan (mengkristenkan) seorang raja Amanatun/Usif dengan ibunya di Amanatun. Pada waktu itu bala tentara Portugal dipimpin oleh Capitao mor Francisco Fernandes. Amanatun ( Tun AM -Fatumean) pada tahun 1641 dengan istana kerajaaan terletak di Gunung Sunu ( Sonaf Plikuna - Sonaf Ni Fanu ) mendapat serangan dasyat luar biasa dari armada tentara laskar islam makasar dibawa pimpinan raja Tallo(King of Tallo) dari kerajaan Gowa-Tallo dimana pada masa itu juga raja wehale telah memeluk islam. Selain melakukan penyerangan ke Amanatun / Fatumean Tun Am ( Batumiao) juga armada tentara islam makasar juga melakukan penyerangan ke Larantuka -Flores. Penyerangan laskar Islam Makasar ke Amanatun - Tun Am Fatumean itu diundang dan diarahkan oleh keluarga Tnesnai juga dibantu oleh orang Portugis Hitam - Topas - Kaesmetan namun penyerangan tersebut berhasil di pukul mundur oleh Raja Banunaek di Sunu hingga Behanek perbatasan Amanatun dengan Belu. Adapun kerajaan kembar / Zusterstate Gowa - Tallo ( Rua Karaeng Na Se ' re Ata ) mencapai zaman kejayaannya serbagai kerajaan maritim pada akhir abad ke 16 dan awal abad ke 17 dengan peran besar seorang Mangkubuminya yang bernama Karaeng Patingaloang. Salah satu ikrar Raja Batumean _ Tu Am - Amanatun pada tahun 1642 yang disaksikan oleh misionaris terkenal saat itu dari Gowa yang bernama padre Antonio de S Jacinto termasuk juga Frei Pedro de Sao Joao.

Data tentang pemimpin orang Portugis Hitam (Topass) dari keluarga Hornay dan da Costa diceritakan pernah mempunyai hubungan dengan Amanatun hingga tahun 1749.Pater Antonio de Madre de Deus menulis sebuah laporan resmi tertanggal 26 April 1695 mengenai kekuasaan dan kerakusan dari [[Antonio d'Ornay]] yang menjadi penguasa saat itu dimana terjadi pengumpulan dan penjualan secara besar-besaran yang tidak terkontrol kayu cendana ke Batavia dimana pusat Portugis di Macao mengalami kerugian besar. Hingga tahun 1620 harga cendana 6000m -7000 pikul seharga 60000 Gulden. sedangkan harga lilin lebih mahal lagi.

Salah satu peran penting yang dibuat oleh Antonio d'Ornay adalah dia berhasil menahan kompeni Belanda untuk tidak boleh terus masuk ke pedalaman Timor sehingga berakibat misi Belanda dengan Protestanya cuma ada di Kupang saja. Kupang pada saat itu bukan tempat penting dan di biarkan saja untuk dikuasai oleh VoC Belanda.


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ketika Malaka jatuh ketangan Portugis pada tahun 1511, kemudian baru pada tahun 1522 bangsa Portugis tiba di Pulau Timor namun mereka tidak menetap tetapi hanya menyinggahi saja.Tercatat dalam arsip lama bahwa pada 22 januari 1522 penjelajah Magalhaens Pigafenta tiba dan berlabu di Pantai Selatan pulau Timor dan mengunjungi Kaiser Fatumean ( TUN - Amanatun) dan juga Kaiser Kamanasa ( Belu) setelah melalui perjalanan panjang dari Tanjung Pengharapan Afrika Selatan ( Cap de Bonne Esperance)kemudian melanjutkan pelayaran expedisi ke Pilipina melewati pantai utara Timor. ( Le premier voyage monde Magellan et Pigaffeta ( 1519)

Di tahun 1669 Raja Amanatun berhubungan dengan fettor Sonbai Kecil, Ama Tomnanu yang merupakan sekutu VOC/Belanda dan dijelaskan bahwa Raja Amanatun ingin bertemu dan berbicara langsung dengan VOC/Belanda, karena Raja Amanatun telah menerima bendera VOC/Belanda yang dibawa oleh Verheyden kira-kira tahun 1655. Raja Amanatun menginginkan supaya pertemuan itu dilangsungkan di pantai Selatan Fatu Mean / Amanatun, tetapi pihak VOC menolak dan tidak menyetujui permintaan ini dengan alasan keamanan.

Pada waktu terjadi perang Penfui pada tanggal 11 Nopember 1749 maka kerajaan Amantun menjadi sekutu Portugis. Salah satu alasan terjadi perang Penfui karena para Raja yang pro kepada Portugis tidak menghendaki adanya pembagian wilayah di Timor khususnya wilayah Timor Barat antara Belanda dengan Portugis, karena akan berakibat kepada semakin jauhnya jarak yang harus ditempuh ke Gereja Noemuti kalau raja-raja ini ingin untuk beribadah ( kalau ingin membawa hulu hasil ke gereja Katolik).Tahun 1701 Padre M de Santo Antonio sebagai misionaris di Timor dan menjadi uskup Malaka yang kemudian menetap di Timor hingga tahun 1722. Setelah itu barulah Pater Gerado de San Jose menjadi misionaris di Timor hingga tahun 1782.

Data VOC 2933,tahun 1758 the National Archief Den Haag yang ditulis oleh Arnoldus Van Este (ayah dari W.A.Van Este) seorang Oppermester di Pos Belanda Kupang yang dilindungi oleh Commpany selama dua puluh lima tahun mencatat tentang Timorese kings yakni; Balthzazar Lote of Amabi, Hermanus Saubaki of Amfoan-Sorbian, Nay Kobe Taynof of Taebenu, Don Louis Anthony of Amanubang, Don Louis Nay Konnef of Amanatung, Nay Seff of Waiwiku king of Dirman, Lakar Madjeli of Sumba, Don Bernardo of Amakono, Avonusu of Amarasi, and the regent of Batugede was a brother in-low of the king of Waihale. The Solorese regent Sengaji.


Dikenal dalam sumber-sumber kuno menyebutkan bahwa pada tahun 1711 pemimimpin Toppas Dominggus da Costa bersama Dom Francisco de Taenube telah terjadi pertengkaran dengan Raja Dom Pedro atau Raja Tomenu Sonbay dari Oenam berhubungan dengan gereja Abi dan gereja Musi.Sedangkan Raja Sonbai Kecil padawaktu itu adalah Bawwo Leu tahun 1717. Sumber VoC tahun 1765 menjelaskan tentanng ditahannya temukung Nai Nokkas karena Nai Nokkas melindungi budak-budak belian ( ate sossa) dari Kupang oleh Opperhof Ter Herbruggen mengakibatkan Raja Bab'i Banu Naek dari Amanatun mengirim orang-orangnya sebagai utusannya ke Dewan Belanda untuk membebaskan temukung Nai Nokkas karena Raja Amanatun berkeyakinan bahwa Nai Nokkkas tidak bersalah. Raja Banunaek harus menebus dan melepaskan kembali temukung Nai Nokkas dengnan memberi 3,50 pikul lili, 4 orang budak, dan dua puluh ikat kain tenun kapas ke Ter Herbruggen.

Di tahun 1785 Opperhoof Tuan Willem Adrian Van Este mengirim surat kepada Raja Tubani untuk segera mengembalikan tanah yang sudah diduduki di wilayah Amanatun. Data VOC 3701 hal 500 di tahun 1785 ini menceriterakan bahwa ketika resident ( Opperhoof) Timor W.A.Van Este di Fort Concordia Kupang menulis bahwa Raja Amanuban yang anti VOC yakni Raja Tubani menyerang kerajaan Amanatun yang ada hubungan dengan VOC dan ia berhasil menduduki sebagian wilayah Amanatun. Di zaman itu ada dua kekuatan di kerajaan Amanuban.

Residen J A Hazart merupakan residen Timor kelahiran Timor 8 agustus 1873. Saat resident Hazart menjadi residet di Timor maka raja Amanatun pada saat itu adalah raja Muti Banunaek I (atau biasa disebut Raja Kusat Muti ). Residen Hazart memerintah tahun 1810-1811, dimana pada tahun 1811 Nusantara diserahkan ke Inggris dan baru dikembalikan kepada Belanda tahun 1816 dan kembali residen Hazart berkuasa kembali. Banyak hal yang diperbuat Hazart saat menjadi residen Timor seperti : - Daerah pertahanan VOC di pantai utara Timor ( Manulae hingga Pariti pada tahun 1819 dipenuhi oleh orang-orang Rote yang didatangkan oleh Belanda sebagai pagar hidup Belanda untuk mencegah serangan dari raja-raja Timor sepeti Amarasi, Amanuban, Amanatun.

Orang-orang Rote yang didatangkan Belanda ke Timor juga untuk menjadi tenaga kerja - budak Belanda untuk mengerjakan daerah-daerah subur / aluvial di sepanjang pantai sekitar 2000-3000 Ha untuk menghasilkan beras. Pada tahun 1822 Belanda juga mendatangkan lagi orang-orang Sabu ke Timor sebagai pasukan pembelah Belanda namun jumlah orang Sabu tidak sebanyak jumlah orang Rote karena karakter orang Sabu yang suka memberontak. Kemudian Hazart menjadikan Kupang sebagai pelabuhan terbuka / pintu gerbang Timor. Kemudian residen Hazart juga merebut Atapupu.Tahun 1842 Resident Hazart juga berhasil membuka lalulintas jalan ke Pariti dan pada tahun 1879 dibuka lagi jalan Kupang - Teno.

Sumber pendapatan raja pada saat itu adalah jagung, cendana dan lilin, dimana setengah hasil cendana dan lilin digunakan oleh raja untuk mendapatkan emas. Pada tahun 1870 dicatat jumlah penduduk di kerajaan Amanatun sudah melebihi 12000 jiwa.

Disebut kerajaan Amanatun kerena Rajanya yakni Banunaek yang bernama lengkap Raja Tnai Pah Banunaek) badannya emas dan semua peralatannya juga terbuat dari emas. Amanatun terdiri dari dua suku kata yaitu Ama dan Mnatu. "Ama" berarti "Bapak" dan "Mnatu" berarti "emas". Jadi Amanatun berarti Bapak Emas.Mal Noni adalah Cap Emas Raja Banunaek. Raja Amanatun yakni Banunaek tetap menetap di Tun Am ( Amantun ) menjaga kampung halaman Tufe Ba Noni Fae Ba Noni - Tun Am Fatu Mean, sedangkan Liuray kemudian ke bagian Timur pulau Timor ( matahari terbit) Nao Neu Neno Pean Neno Bolan dan kemudian dikenal dengan Raja Belu, sedangkan Sonbay ke bagian barat pulau Timor ( matahari terbenam ) Nao Neu Neno Tesan Neno Mofun es Mutis Bab Nae Pae Neno Oenam dan kemudian dikenal dengan Raja Molo / Oenam.

Adapun tuturan adat mengenainya adalah Lai Mea Lai Moe Neki Neo Fanu Tun Am Onam Liurai - Sonbai - Banunaek - Uis Neno.

Ibu kota kerajaan Amantun di Nunkolo. Nunkolo menjadi ibukota kerajaan Amanatun ketika Raja Tsu Pah Banunaek menjadi Raja Amanatun.

Pada 27 Agustus 1943 dicatat oleh dr P Middelkoop bahwa Pada waktu Raja Kolo Banunaek sedang memerintah kerajaan Amanatun terjadi gerakan Roh Kudus pertama di Nunkolo, peristiwa ini kemudian terjadi lagi pada tanggal 17,19, 21-23, Oktober 1943. Dalam catatannya ini di sebutkan bahwa ada manifestasi Roh Kudus yang telah terjadi terhadap orang-orang kristen yang berada di Nunkolo pusat kerajaan Amanatun ini. Peristiwa serupa ini kemudian berulang lagi kedua kalinya pada september 1965 di Kota SoE.

Pada waktu Raja Muti Banunaek II diasingkan ke Flores maka oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda melakukan perpindahan batas kerajaan yang sudah ditetapkan oleh Raja Liurai ( Belu) dengan Raja Banunaek ( Amanatun). Adapun perpindahan tersebut pada Juni 1917 ( zaman Raja Kusa Banunaek ) dimana terjadi perpindahan batas antara kedua kerajaan tua ini yaitu perpindahan batas dari Betun ke We Baria Mata ( Malaka, dan penandatanganan persehatian perbatasan ini oleh Belanda dibuat dan ditandatangani pada 25 Juli 1917. Perpindahan batas ini sebagai reaksi balas dendam pemerintah kolonial Belanda terhadap Raja Amanatun karena gugurnya tentara Belanda saat melakukan infasi ke Amanatun.

Struktur kerajaan


Kerajaan Amanatun/Onam mempunyai empat orang fettor yaitu Fettor Noebana (Santean), Fettor Noebone (Sahan), Fettor Noemanumuti (Put'ain) dan fettor Noebokong (Anas) . Adapun nama pemimpin dari keempat fettor ini adalah fettor Nokas memimpin kefetoran noe Bana, Fettor Kobi Nitibani memimpin kefetoran noe Bone, Fettor Fai memimpin kefetoran noe Manu muti , dan fettor Nenometa memimpin kefetoran noe Bo kong. Di bawah fettor-fettor ini ada temukung-temukung besar dan temukung kecil yang diangkat oleh Raja. Setiap temukung memimpin kelompok-kelompok masyarakat biasa (to aana) atau biasa disebut juga dengan kolo manu. Suku yang paling besar di dalam kerajaan Amanatun adalah suku Missa. ( Missa Moen Nima Nas Fua Fanu ).Fatu Kanaf dari suku Missa adalah Fatu Lunu.

Pada era kekuasaan pada tahun 1900 Raja Muti Banunaek (Raja Muti Banunaek II )maka tercatat temukung besar Kokoi adalah Nau Missa, sedangkan temukung besar Fenun adalah Seo Missa A"aat, Temukung besar Oi Lette adalah Noni Neno Mataus. Sedangkan Fettor Noe Bokong / Toin adalah Kolo Nenometan dan fetor Santian adalah Seki Nokas.

Raja Muti Banunaek II memerintah 1900 - 1915. Raja Muti Banunaek II diasingkan ke Ende, Flores pada 1915 oleh pemerintah kolonial Belanda karena Raja Muti II tidak mau takluk kepada Belanda. Raja Muti Banunaek II mangkat di Ende Flores ± September/Oktober 1918) . Makamnya tidak diketahui.Raja Muti Banunaek II sejak diasingkan oleh Belanda hingga wafatnya tidak kembali lagi ke tanah Timor ( Amanatun).Ketika Belanda hendak menaklukan Kerajaan Amanatun yang dipimpin oleh Raja Muti Banunaek II tahun ± 1911 maka pasukan tentara Belanda yang sedang menuju ke wilayah Amanatun dihadang oleh Panglima Perang / Meo Naek ( Tui Nati Suil Toko ) dari kerajaan Amanatun yang bernama Meo Seki Tafuli. Komendan tentara Belanda di tembak mati oleh Meo Seki Tafuli dari jarak yang cukup jauh dari benteng Meo Seki Tafuli sebelumnya diucapkan kata-kata keramat ( fanu). Komendan Belanda yang tewas ini kemudian oleh rakyat Amanatun disebut MIN FAFI hingga sekarang.

Setelah tahun 1900 maka kerajaan kolonial Belanda mulai melakukan pasifikasi semua daerah di Nusantara.Hal ini mencapai puncaknya pada tahun 1942, dan khususnya di pulau Timor terdapat empat raja dan lima kaisar.Adapun empat raja dan lima kaiser itu adalah : Empat raja di Timor ini adalah raja Nahak T Seran di Malaka Wehali,raja Josef Carmento Taolin di Insana, raja Noni Nope di Amanuban, raja Nisnoni di Kupang, sedangka lima orang kaisaer di Timor yakni kaiser Wehali Nai Bria Nahak sonaf Liurai, wafat 1924 dan dimakamkan baru pada tahun 1933, Kaiser Amanatun Banunaek di Nunkolo, Kaiser Tamkese-Biboki, Kaiser Hanmeni Bai Lake, kaiser Oematan di Kapan.

Ada beberapa kontrak politik / korte veklaring yang pernah ditandatangani oleh raja-raja / kaiser Amanatun dengan pemerintah Hindia Belanda seperti : 1. tanggal 27 Juli 1908 Korte veklaring I diteken oleh Raja Muti Banunaek tanggal 14 april 1909. 2. tanggal 22 Agustus 1910 korte veklaring diteken oleh raja Muti Banunaek tanggal 14 Juni 1913. 3. tanggal 30 september 1916 korte veklareng di teken raja Kusa Banunaek pada 23 oktober 1917, 4. tanggal 27 april 1921 korte veklareng I di teken raja Kolo Banunaek pada 21 Februari 1923. Kontrak-kontrak politik ini selalu dibuat oleh raja-raja beberapa kali sesuai dengan kebutuhan dari pemerintah kolonial Belanda, hal mana posisi raja-raja selalu dipihak yang lemah.

Tanggal 8 Maret 1942 Belanda menyerah kalah kepada Jepang dan pemerintah Nipoon mulai berkuasa. Kekuasaan Jepang di wilayah Indonesia Timur dibawa kekuasaan Kaigun dan berpusat di Makasar. khususnya di wilayah Indonesia Timur - Sunda Kecil - Nusa Tenggara dipimpin oleh Minseifu Cocan di Singaraja. Didalam Mainsebu Cokan terdapat dewan perwakilan yang mewakili raja-raja.


Atas kehendak dari Raja Lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek (Raja Laka Banunaek) yang mana raja ini adalah raja terakhir kerajaan Amanatun maka Oinlasi kemudian pada tahun 1951 dipilih dan ditetapkan menjadi ibukota dan pusat pemerintahan swapraja Amanatun dengan pertimbangan aksesibilitas dengan kota SoE. Kota Oinlasi 46 km letaknya dari Kota SoE dan hingga kini menjadi ibu kota kecamatan Amanatun Selatan.

Memasuki masa kemerdekaan Indonesia maka Raja Lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek kemudian menjadi Kepala Daerah Swapraja Amanatun. Yang menjadi Kepala Daerah Swapraja adalah Raja, sedangkan kalau Rajanya sudah wafat maka diangkat seorang Wakil Kepala Daerah Swapraja dari keturunan bangsawan tetapi dia bukan seorang Raja. Raja Lodoweyk.Lourens.Don.Louis.Banunaek bersama dengan Raja-Raja di Nusa Tenggara Timur lainya tergabung didalam Dewan Raja-Raja ikut berperan penting dalam pembentukan Propinsi Nusa Tenggara Timur dimana sebelumnya wilayah ini termasuk Propinsi Sunda Kecil.hal ini terlihat dengan dikeluarkannya keputusan Presiden No 202/1956 bahwa Nusa Tenggara dalam PP Ris No 21/1950 Lembaran Negara RIS tahun 1950 No.59 menjadi tiga daerah tingkat satu dimaksud oleh UU No 1 tahun 1957 - UU No 64/1958 Nusa Tenggara menjadi tiga daerah Swatantra tingkat I. Kemudian UU no 69 tahun 1958 maka terbentuklah daerah Swatantra tingkat II di Nusa Tenggara Timur dengan 12 Kabupaten .

Adapun istilah penggunaan kata swapraja mulai dikenal sejak mulai berlakunya Konstitusi Republik Indonesia Serikat 1949, sedangkan dalam pasal 18 UUD 1945 kerajaan-kerajaan ini ditulis dengan Zelfbestuur Landschappen.Kutipan penjelasan pasal 18 UUD 1945 sebelum perubahan.Bab 18 ayat 2 Dalam teritori negara Indonesia terdapat 250 zelfbesturende landschapen dan Volks geemschappen ( masyarakat desa adat). Daerah-daerah ini mempunyai susunan asli dan oleh karenannya dianggap mempunyai susunan asli dan oleh karenanya diaanggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Swapraja adalah daerah pemerintahan asli yang kedudukannya berdasarkan atas hukum asli. Oleh karena itu kedudukan swapraja dalam pemerintahan Hindia Belanda tidak sama dengan daerah jajahan atau daerah otonom. Swapraja memiliki perjanjian jelas dengan pemerintahan pusat ( pemerintah Hindia Belanda) berkaitan dengan batas-batas kewenangan dan kewajiban dan karena itu swapraja diberi status Zelfbestuurende Landscapen dalam tata negara pemerintah Hindia Belanda. Kekuasaan Raja - Raja diseluruh wilayah Indonesia DIHAPUS berdasarkan keluarnya Undang Undang Nomer 18 Tahun 1965 tentang penghapusan swapraja di seluruh wilayah Indonesia. Namun, hal itu tidak membuat semangat kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara melemah, bahkan mereka tetap menjadi raja di kalangan rakyatnya.

Keluarga


Adapun Raja Amanatun Loit Banunaek kemudian digantikan oleh Putranya sendiri yang bernama Raja Muti Banunaek yang kemudian dikenal dengan nama Raja Muti Banunaek ke II. Raja Muti Banunaek II adalah putra pertama dari Raja Loit Banunaek.Ibunda dari Raja Muti Banunaek II berasal dari suku Missa yang adalah permaisuri dari Raja Loit Banunaek.Raja Loit Banunaek juga mempunyai banyak kato (Isteri, dan tercatat bahwa ada dua orang kato / isteri dari berasal dari suku Missa.

Permaisuri (kato) dari Raja Muti Banunaaek II bernama Kato bi Sopo Lassa, sedangkan Raja Kolo Banunaek (Raja Abraham Zacharias Banunaek) mempunyai permaisuri (Kato Naek) bernama bi Teni Tobe Misa dan mempunyai seorang putri tunggal bernama Fetnai Naek bi Loit Banunaek. Kato bi Teni Tobe Misa wafat di Oinlasi tahun 1955. Makam ( Son Nate) dari permaisuri kato bi Teni Tobe Missa di Oinlasi ibukota kecamatan Amanatun Selatan. Raja Kolo Banunaek atau Raja Abraham Zacharias Banunaek mempunyai banyak selir dan gundik-gundik dan mereka selalu berada didalam istana Raja Kolo Banunaek untuk melayani hingga sekarang di Nunkolo, ( Sonaf Pub Kollo Hae Malunat).Selain dari gundik-gundik dan selir-selir dari raja Kolo Banunaek yang berada didalam sonaf Nunkolo ( Istana Raja ) juga terdapat banyak pelayan dan hamba-hamba ( ate-ate) yang selalu berada dan melayani didalam istana dari Raja Kolo Banunaek di Nunkolo, dan hingga kini keturunan dari hamba ( ate-ate) ini masih tetap berada disekitar lingkungan sonaf Nunkolo hingga saat ini. Raja Kolo Banunaek pernah berpindah agama dari Kristen Katolik menjadi Protestan dan hingga wafatnya Raja Kolo Banunaek tetap memeluk agama Kristen Protestan.Raja Kolo Banunaek juga pernah di SoE kampung Amanatun dan membuat Sonaf / Istana di sini. Raja Kolo Banunaek juga sering dsebut dengan sebutan Usi Pina Nunkolo. Pada waktu Raja Kolo Banunaek wafat maka jenasa dari Raja Kolo Banunaek diasapi dengan cendana lebih dari tujuh bulan didalam lopo / Bnao Nunkolo dan kemudian dimakamkan.

Raja Lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek mempunyai seorang permaisuri / Kato yang bernama Kato Fransina Afliana Banunaek-Nope (Funan Nope). Kato ini adalah anak pertama dari Raja Amanuban Raja Johan Paulus Nope. Raja L.L.D.L.Banunaek menikah secara kristen dengan permaisurinya di Niki-niki pada tahun 1964.Kemudian Raja Lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek ( Raja L.L.D.L.Banunaek) ini mempunyai seorang putra tunggal bernama Raja Muda Don Yesriel Yohan Kusa Banunaek (Usif Kusa Banunaek), "Dalam tradisi budaya kerajaan / tradisi usif-usif di Timor secara umum biasa dikatakan dalam tuturan adat bahwa besi tapan mau man mof nain mas nesan nabalah". . Makam (son nain) dari Raja Lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek dan permaisurinya di Oinlasi, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur.Pada waktu Raja lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek berkuasa di kerajaan Amanatun maka tercatat dalam sejarah di arsip negara bahwa yang menjadi countorleur di Zuid Midden Timor / Timor Tengah Selatan adalah Tuan Frans Van Donggen.

Raja-raja Amanatun


Nama raja-raja yang pernah memerintah di kerajaan Amanatun/Onam adalah sebagai berikut:

* 1. Raja Tnai Pah Banunaek
* 2. Raja Tsu Pah Banunaek
* 3. Raja Nopu Banunaek
* 4. Raja Bnao Banunaek I
* 5. Raja Nifu Banunaek
* 6. Raja Kili Banunaek
* 7. Raja Bnao Banunaek II
* 8. Raja Nono Luan Banunaek
* 9. Raja Bnao Banunaek III
* 10. Raja Bnao Banunaek IV
* 11. Raja Bab'i Banunaek
* 12. Raja Bnao Banunaek V (Raja Bnao Nunkolo) ± 1766
* 13. Raja Kusat Muti (Raja Muti Banunaek I) ± 1832
* 14. Raja Loit Banunaek ± 1899
* 15. Raja Muti Banunaek II 1900 - 1915. wafat.September/Oktober 1918.Makam tidak diketahui.
* 16. Raja Kusa Banunaek ( 1916-1919) mangkat 16 Juli 1919.
* 17. Raja Abraham Zacharias Banunaek / Raja Kolo Banunaek (1920-1946) , mangkat 1969. Makam atau son nain di Nunkolo.
* 18. Raja Lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek (Raja Laka Banunaek) 1946-1965, lahir : Nunkolo, tanggal 18 Agustus 1925.Mangkat 26 April 1990 di Sonaf Amanuban di Niki-niki. Makam atau son nain di Oinlasi.dimakamkan tanggal 2 mei 1990.