Selasa, 25 September 2012

Istana Cipanas

Bogor, Jawa Barat
Dibangun pada tahun 1740
 

Istana cipanas mempunyai cerita lain lagi, seperti pesanggrahan di Bogor, pembangunan gedung itu juga diprakarsai oleh van Imhoff. Tetapi karena beaya yang tersedia tidak mencukupi, maka pembangunannya terhenti ditengah jalan.Kurang diketahui oleh siapa, kapan dan bagaimana istana itu diselesaikan. Yang diketahui hanyalah bahwa pembelian tanah dilakukan pada tahun 1740.
(sumber:Istana Presiden Indonesia, penerbit: Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta-1979 )
Dari keenam istana Presiden, ternyata yang kurang dibekali dengan kisah-kisah perjuangan bangsa Indonesia dari dulu sampai sekarang adalah Istana Cipanas. Letaknya yang terpncil di daerah kaki gunung Gede itu memang tidak memungkinkannya menjadi pusat kegiatan politik/pemerintahan atau bahkan menjadi tempat tinggal yang tetap.

Waktu empat itu diketemukan van Imhoff, disebutkan bahwa jaraknya 24 pal dari Buitenzorg. Dengan kereta kuda, jarak dai Batavia ke Buitenzorg saja sudah memakan waktu setengah hari. Apalagi ke Cipanas yang letanya lebih ke atas lagi, melewati daerah puncak. Dan kereta-api Batavia-Buitenzorg baru mulai menjalankan dinasnya pada tahun 1864. Sebelum itu orang bepergian dengan berkendaaan kuda atau kereta kuda.


Sejak mula, bangunan yang tidak megah dan sebagian besar terbuat dari papan dan itu ditemukan mata air panas yang mengandung mineral.


Seperti pesanggrahan di Bogor, pembangunan gedung itu juga diprakarsai oleh van Imhoff. Ketika itu sedang mengadakan perjalanan turne, ia mendapat laporan dari penduduk yang menyebutkan bahwa terdapat sumber air panas di suatu tempat di Cipanas. Contoh air yang khabarnya bisa menyembuhkan berbagai penyakit itu kemudian dibawa ke Batavia. Setelah diketahui bawa air panas itu memang mengandung zat belerang dan besi, dan dapat menyembuhkan penderita-penderita yang sulit disembhkan di Batavia, maka van Imhoff memutuskan untuk membangun sebuah gedung kesehatan di sekitar sumber air panas tersebut.Pembangunan kemudian terhenti di tengah jalan karena beayanya lebih tinggi dari yang disediakan. Kurang diketahui oleh siapa, kapan dan bagaimana istana itu diselesaikan, tetapi menurut catatan, pemblian tanah dilakukan pada tahun 1740.


Pada jaman Kompeni, gedung kesehatan ini dapat menampung kira-kira 30 anggota militer yang memerlukan perawatan dan dapat memanfaatkan sumber air mineral dan udara pegunungan yang dingin dan bersih. Alamnya yang luas, lingkungannya yang ditmbuhi pohon-pohon yang tinggi besar an penuh daun-daunan, mata air yang hangat bersuhu 43 derajat Celcius dan mengandung mineral, udara yang sejuk yang dapat turun sampai di bawah 10 derajat Celcius – semuanya itu membuat Cipanas menjadi tempat persinggahan yang akan tetap dkenang. Akhirnya para Gubernur Jenderal menggunakan tempat itu sebagai tempat istirahat. Bangunan istana yang tidak begitu nyata kelihatan dari jalan itu makin lama makin diperbaiki dan diperbesar. Malahan beberapa pembesar menjadikan istana Cipanas sebagai tempat tinggal keluarga.


Misalnya Thomas Stamford Raffles, seperti juga Daendels, pada masa dinasnya menempatkan beberapa ratus orang ditempat itu. Sebagian bekerja dikebun apel atau kebun bunga, sebagian bekerja di pabrik penggilingan padi , sebagian lagi mengerjakan peternakan sapi, biri-biri dan kuda. Belum lagi orang-orang yang dipekerjakan untuk mengurus rumah tangga istana dan halamannya. Untuk merka khusus dibangun perkampungan yang tidak jauh dari gedung induk.


Juga Komisaris Jenderal Leonard Pieter Josef du Bus de Gisignies senang mandi air belerang yang dipakai sebagai obat lelah karena kehidupannya yang berat. Sekretarisnya, Willem van Hogendrop,menulis kepada ayahnya di Holland:

“orang tidur disini dengan selimut wol an menggigil tiap pagi karena kedinginan. Tetapi disini kami mempunyai mata air panas berbeerang yang berlimpah-limpah, yang sangat menyenangkan dan yang memanaskan keliling kami. Sumber airnya dipanaskan di bagian dalam dinding-dinding gunung Gede, yang sekali-sekali mengeluarkan asap dengan batu-batu lava kecil-kecil ……..”.

Seperti waktu jaman penjajahan, peranan istana Cipanas setelah masa kemerdekaan tidaklah besar. Peranannya dalam sejarah perjuangan bangsa pun tidak sebesar istana-istana Presiden lainnya. Ada juga beberapa kisah yang menarik di tinjau dari sejarah. Ruang makan di gedung induk pernah di pakai sidang oleh Presiden Soekarno yang hasilnya menetapkan perubahan nilai uang dari Rp. 1000,- menjadi Rp. 1,-. Ini terjadi pada tahun 1965, pada waktu Frans Seda menjabat Menteri Keuangan.


Gedung Bentol bukannya satu-satunya bangunan yang ada dihalaman istana Cipanas yang luasnya 25 hektar itu. Selain gedung induk seluas 900 m2, terdapat 22 bangunan lainnya yang seluruhnya kalau dijumlah mencapai luas 5850 m2, sebagian dipakai untuk kantor, sebagian lagi untuk tempat-tempat penginapan.


Presiden Soeharto dan keluarga sekali-sekali singgah di istana Cipanas Untuk mandi belerang dan menggunakan paviliyun di belakang istana yang khusus tersedia untuk kepala Negara dan keluarga.


Pada waktu ini gedung istana Cipanas jarang dipakai, tetapi tetap dirawat dengan baik. Karena perbaikan-perbaikannya diadakan secara berkala, maka keadaanya masih seperti waktu pertama dibangun. Arsitekturnya mempunyai ciri yang khas, sehingga mempunyai daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Segi lainnya yang juga menarik adalah koleksi lukisan yang ada disana yang berjumlah sekitar 300 buah.


Walupun jarang dipakai, tetapi sekali-kali dipakai juga sebagai tempat singgah, seperti yang dilakukan oleh Ratu Yuliana sewaktu berkunjung ke Indonesia tahun 1971.

 

foto Istana Cipanas foto Istana Cipanas foto Istana Cipanas foto Istana Cipanas foto Istana Cipanas foto Istana Cipanas foto Istana Cipanas foto Istana Cipanas foto Istana Cipanas foto Istana Cipanas foto Istana Cipanas foto Istana Cipanas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar