Istana Cipanas
Bogor, Jawa Barat
Dibangun pada tahun 1740
Istana cipanas mempunyai cerita lain lagi, seperti pesanggrahan di
Bogor, pembangunan gedung itu juga diprakarsai oleh van Imhoff. Tetapi
karena beaya yang tersedia tidak mencukupi, maka pembangunannya terhenti
ditengah jalan.Kurang diketahui oleh siapa, kapan dan bagaimana istana
itu diselesaikan. Yang diketahui hanyalah bahwa pembelian tanah
dilakukan pada tahun 1740.
(sumber:Istana Presiden Indonesia, penerbit: Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta-1979 )
Dari keenam istana Presiden, ternyata yang kurang dibekali dengan
kisah-kisah perjuangan bangsa Indonesia dari dulu sampai sekarang adalah
Istana Cipanas. Letaknya yang terpncil di daerah kaki gunung Gede itu
memang tidak memungkinkannya menjadi pusat kegiatan politik/pemerintahan
atau bahkan menjadi tempat tinggal yang tetap.
Waktu empat itu diketemukan van Imhoff, disebutkan bahwa jaraknya 24 pal
dari Buitenzorg. Dengan kereta kuda, jarak dai Batavia ke Buitenzorg
saja sudah memakan waktu setengah hari. Apalagi ke Cipanas yang letanya
lebih ke atas lagi, melewati daerah puncak. Dan kereta-api
Batavia-Buitenzorg baru mulai menjalankan dinasnya pada tahun 1864.
Sebelum itu orang bepergian dengan berkendaaan kuda atau kereta kuda.
Sejak mula, bangunan yang tidak megah dan sebagian besar terbuat dari
papan dan itu ditemukan mata air panas yang mengandung mineral.
Seperti pesanggrahan di Bogor, pembangunan gedung itu juga diprakarsai
oleh van Imhoff. Ketika itu sedang mengadakan perjalanan turne, ia
mendapat laporan dari penduduk yang menyebutkan bahwa terdapat sumber
air panas di suatu tempat di Cipanas. Contoh air yang khabarnya bisa
menyembuhkan berbagai penyakit itu kemudian dibawa ke Batavia. Setelah
diketahui bawa air panas itu memang mengandung zat belerang dan besi,
dan dapat menyembuhkan penderita-penderita yang sulit disembhkan di
Batavia, maka van Imhoff memutuskan untuk membangun sebuah gedung
kesehatan di sekitar sumber air panas tersebut.Pembangunan kemudian
terhenti di tengah jalan karena beayanya lebih tinggi dari yang
disediakan. Kurang diketahui oleh siapa, kapan dan bagaimana istana itu
diselesaikan, tetapi menurut catatan, pemblian tanah dilakukan pada
tahun 1740.
Pada jaman Kompeni, gedung kesehatan ini dapat menampung kira-kira 30
anggota militer yang memerlukan perawatan dan dapat memanfaatkan sumber
air mineral dan udara pegunungan yang dingin dan bersih. Alamnya yang
luas, lingkungannya yang ditmbuhi pohon-pohon yang tinggi besar an penuh
daun-daunan, mata air yang hangat bersuhu 43 derajat Celcius dan
mengandung mineral, udara yang sejuk yang dapat turun sampai di bawah 10
derajat Celcius – semuanya itu membuat Cipanas menjadi tempat
persinggahan yang akan tetap dkenang. Akhirnya para Gubernur Jenderal
menggunakan tempat itu sebagai tempat istirahat. Bangunan istana yang
tidak begitu nyata kelihatan dari jalan itu makin lama makin diperbaiki
dan diperbesar. Malahan beberapa pembesar menjadikan istana Cipanas
sebagai tempat tinggal keluarga.
Misalnya Thomas Stamford Raffles, seperti juga Daendels, pada masa
dinasnya menempatkan beberapa ratus orang ditempat itu. Sebagian bekerja
dikebun apel atau kebun bunga, sebagian bekerja di pabrik penggilingan
padi , sebagian lagi mengerjakan peternakan sapi, biri-biri dan kuda.
Belum lagi orang-orang yang dipekerjakan untuk mengurus rumah tangga
istana dan halamannya. Untuk merka khusus dibangun perkampungan yang
tidak jauh dari gedung induk.
Juga Komisaris Jenderal Leonard Pieter Josef du Bus de Gisignies senang
mandi air belerang yang dipakai sebagai obat lelah karena kehidupannya
yang berat. Sekretarisnya, Willem van Hogendrop,menulis kepada ayahnya
di Holland:
“orang tidur disini dengan selimut wol an menggigil tiap pagi karena
kedinginan. Tetapi disini kami mempunyai mata air panas berbeerang yang
berlimpah-limpah, yang sangat menyenangkan dan yang memanaskan keliling
kami. Sumber airnya dipanaskan di bagian dalam dinding-dinding gunung
Gede, yang sekali-sekali mengeluarkan asap dengan batu-batu lava
kecil-kecil ……..”.
Seperti waktu jaman penjajahan, peranan istana Cipanas setelah masa
kemerdekaan tidaklah besar. Peranannya dalam sejarah perjuangan bangsa
pun tidak sebesar istana-istana Presiden lainnya. Ada juga beberapa
kisah yang menarik di tinjau dari sejarah. Ruang makan di gedung induk
pernah di pakai sidang oleh Presiden Soekarno yang hasilnya menetapkan
perubahan nilai uang dari Rp. 1000,- menjadi Rp. 1,-. Ini terjadi pada
tahun 1965, pada waktu Frans Seda menjabat Menteri Keuangan.
Gedung Bentol bukannya satu-satunya bangunan yang ada dihalaman istana
Cipanas yang luasnya 25 hektar itu. Selain gedung induk seluas 900 m2,
terdapat 22 bangunan lainnya yang seluruhnya kalau dijumlah mencapai
luas 5850 m2, sebagian dipakai untuk kantor, sebagian lagi untuk
tempat-tempat penginapan.
Presiden Soeharto dan keluarga sekali-sekali singgah di istana Cipanas
Untuk mandi belerang dan menggunakan paviliyun di belakang istana yang
khusus tersedia untuk kepala Negara dan keluarga.
Pada waktu ini gedung istana Cipanas jarang dipakai, tetapi tetap
dirawat dengan baik. Karena perbaikan-perbaikannya diadakan secara
berkala, maka keadaanya masih seperti waktu pertama dibangun.
Arsitekturnya mempunyai ciri yang khas, sehingga mempunyai daya tarik
tersendiri bagi para pengunjung. Segi lainnya yang juga menarik adalah
koleksi lukisan yang ada disana yang berjumlah sekitar 300 buah.
Walupun jarang dipakai, tetapi sekali-kali dipakai juga sebagai tempat
singgah, seperti yang dilakukan oleh Ratu Yuliana sewaktu berkunjung ke
Indonesia tahun 1971.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar