Istana Bogor
Bogor, Jawa Barat
Dibangun pada tahun 1744
Wajah Istana Bogor sekarang ini agaknya tidak banyak berbeda dari
ketika dibangun kembali tahun 1850. Kompleks istana yang 24 hektar ini
halamannya ditumbuhi oleh kira-kira 100 pohon besar, sebagian setua
bangunan itu, dan ada pula yang lebih tua lagi. Di padang rumputnya yang
membentang luas tampak berkeliaran rusa-rusa yang jumlahnya sekitar 200
ekor, berasal dari enam pasang rusa adri Asia Daratan yang mula-mula
didatangkan di istana tersebut pada tahun 1811. Rusa-rusa yang jinak itu
menciptakan suasana santai, serasi benar dengan angsa-angsa yang sering
berkecimpung dalam kolam-kolam di belakang dan depan istana yang penuh
ditumbuhi bunga teratai. Gedung megah yang seakan-akan terbenam
ditengah-tengah kehijauan tropis ini memang tepat untuk tempat mengungsi
dari udara panas dan kesibukan kota Jakarta. Tidak heran kalau tanah
itu telah dipilih oleh Gubernur Jenderal Belanda G.W. Baron van Imhoff
untuk tempat mendirikan pesanggrahannya pada tahun 1745.
Walaupaun sejak awal abad 18 kota Batavia (Jakarta) mulai berkembang
menjadi daerah yang indah untuk tempat tinggal, tetapi hawa Batavia
agaknya selalu panas bagi orang Belanda. Sejak itu banyak diantara
mereka mencari tempat-tempat peristirahatan di luar kota yang hawanya
lebih sejuk, seperti yang dilakukan van Imhoff mendirikan pesanggrahan
yang diberi nama Buitenzorg (san souci, tanpa urusan). Nama Buitenzorg
kemudian dipakai untuk menyebut perkampungan yang ada disekitarnya.
Pada waktu mulai dibangun, rancangan bentuknya bukanlah seperti Istana
Bogor yang kita kenal sekarang. Van Imhoff membuat sketsa bangunan itu
dengan mengambil model Istana Blenheim, tempat kediaman Duke of
Marlborgh dekat kota Oxford, di Inggris. Ia rajin membangunnya, tetapi
sampai ia diganti pada tahun 1750, bangunan itu masih jauh dari selesai.
Malahan pembrontakan rakyat Banten antara tahun 1750-1752,
mengakibatkan pesanggrahan van Imhoff menjadi korban. Pada tahun 1752
pasukan-pasukan Banten menyerang Kampoeng Baroe dan membakar semua yang
dapat dimakan api. Rakyat Banten merasa dirugikan karena daerah Cisadane
yang banyak memberikan hasil bumi telah diserahkan kepada Kompeni atau
Ratu Syarifah, yang menguasai Kesultanan Banten pada waktu itu.
Terjadilah pembrontakan di bawah pimpinan Kiai Tapa dan ratu bagus
Buang, dua pahlawan yang bertempur dengan gagah berani melawan Kompeni
tetapi akhirnya terpaksa kalah dan menyingkir kearah timur, perjanjian
pada akhir perang tersebut menetapkan bahwa Kesultanan Banten menjadi
rampasan Kompeni.
Akibat serangan pasukan-pasukan Banten, pesanggrahan di Butenzorg
mengalami kerusakan sangat besar. Pengganti van Imhoff, Yacob Mossel,
membangun kembali dengan tetap mempertahankan bentuknya yang semula,
sebab seorang anggota Dewan Hindia menasehatkan agar bentuknya jangan
dirubah mengingat bangunan Buitenzorg adalah replica dari istana
Blenheim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar