Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI) memperkirakan,
Indonesia kehilangan potensi pendapatan dari sabut kelapa mencapai Rp13
triliun per tahun.
Angka ini diperoleh dari perhitungan jumlah
produksi buah kelapa Indonesai yang mencapai 15 miliar butir per tahun,
dan baru dapat diolah sekitar 480 juta butir atau 3,2 persen per tahun.
Setiap
butir sabut kelapa rata-rata menghasilkan serat sabut kelapa atau dalam
perdagangan internasional disebut coco fiber sebanyak 0,15 kilogram,
dan serbuk sabut kelapa atau coco peat sebanyak 0,39 kilogram.
Harga
penjualan coco fiber di pasar dalam negeri berkisar Rp 2.000 - Rp 2.500
per kilogram, dan coco peat berkisar Rp 1.000 - Rp 1.500 per kilogram.
Demikian diungkapkan Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan
AISKI, Ady Indra Pawennari, usai melakukan pertemuan dengan beberapa
importir coco fiber dan coco peat asal China, Singapura, dan Malaysia di
Sungai Guntung, Kecamatan Kateman, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau,
"Ini fakta yang sangat memprihatinkan.
Kita kehilangan potensi pendapatan sekitar Rp13 triliun per tahun dari
sabut kelapa yang dibakar dan dibuang oleh masyarakt. Semua ini terjadi
karena ketidakberdayaan dan kurangnya pengetahuan mereka, akan manfaat
sabut kelapa. Karena itu, pemerintah harus bergerak dan AISKI siap
diajak kerjasama," ujarnya.
Menurut Ady, sabut kelapa pada
sebagian masyarakat pesisir Indonesia adalah sampah yang harus
dimusnahkan, dibuang dan dibakar pada saat musim kemarau. Namun
demikian, di tangan orang-orang kreatif, sabut kelapa yang tidak berguna
tersebut dapat diolah menjadi bahan industri yang bernilai ekonomi
tinggi.
"Di negara-negara maju, coco fiber banyak digunakan
sebagai pengganti busa dan bahan sintetis lainnya. Misalnya, untuk bahan
baku industri spring bed, matras, sofa, bantal, jok mobil, karpet dan
tali. Sementara coco peat lebih banyak digunakan sebagai media tanam
pengganti tanah dan pupuk organik," jelasnya.
Dengan jumlah
penduduk 250 juta jiwa, Indonesia sebetulnya merupakan pasar potensial
untuk penjualan produk berbahan baku sabut kelapa, seperti penggunaan
coco fiber pada spring bed, kasur, bantal, sofa, jok motor, dan tali.
Sedangkan coco peat dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk
meningkatkan produktivitas tanaman holtikultura.
Berdasarkan
catatan AISKI, Indonesia walaupun merupakan negara penghasil buah kelapa
terbesar di dunia, namun belum banyak berperan dalam pangsa pasar
ekspor raw material sabut kelapa untuk kebutuhan dunia. Indonesia hanya
mampu memasok sabut kelapa sekitar 10 persen dari kebutuhan dunia.
Sementara Srilanka dan India memasok di atas 40 persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar