--"Istananya" Kini Tak Terawat
KESUKSESAN Nitisemito sebagai pengusaha rokok kretek dengan merek Bal Tiga sebelum masa kemerdekaan, membuat sang maestro ini membangun megah "istananya-istananya". Tak hanya satu, dia membangun Omah (rumah) Kembar, dan satu Omah Kapal. Namun, ketiga istananya tersebut, kini tampak tak terawat, bahkan, hampir roboh.
Di masanya, istana-istana Nitisemito sangat mentereng dibanding dengan bangunan lain di Kudus, khususnya rumah hunian. Omah Kembar dibangun di Jalan Sunan Kudus, Desa Demaan dan Janggalan, Kecamatan Kota. Sedangkan Omah Kapal, ia bangun di Jalan KHR Asnawi, Desa Damaran, Kecamatan Kota.
Omah Kembar dibangun masa kolonial Belanda dengan mengapit Sungai Kaligelis. Jika dilihat dari arah utara, atau dari jembatan Kaligelis, terlihat seperti rumah yang terbelah sungai. Rumah di sebelah barat, secara administratif masuk ke Desa Demaan, sedangkan di sebelah timur, masuk ke Desa Janggalan. Di dalam ke dua rumah tersebut terdapat berbagai perabot rumah yang mewah, di antaranya bermacam piring dan guci. Dan yang membuat dua rumah itu sangat dikenal, karena lantai rumah terbuat dari susunan uang logam.
Berdasarkan pengamatan dari luar, rumah tersebut tampak tak berpenghuni. Cat tembok rumah tersebut tampak lusuh. Bahkan, di rumah sebelah barat sungai, pagar rumah tampak miring dan hampir roboh. Namun, dilihat dari kejauhan, di atas atap rumah masih terlihat simbol Bal Tiga, sebuah tanda bahwa rumah tersebut adalah "istana" milik sang Raja Rokok Kretek.
Sedangkan Omah Kapal, dibangun pada sekitar tahun 1930. Rumah yang dibangun dengan arsitektur modern tersebut, sangat mirip dengan sebuah kapal laut. Rumah itu sengaja dibangun mirip dengan kapal laut untuk mengenang perjalanan dirinya pada saat berangkat haji ke Mekah. Bangunan rumah itu dibuat sangat mirip dengan kapal laut yang membawa Nitisemito saat berangkat haji.
Namun, sayangnya, kondisi bangunan antik tersebut sudah tidak terawat lagi. Atap bangunan telah roboh, beberapa bagian dinding roboh, dan hampir tidak berbentuk lagi. Bahkan, sisa bangunan itu, kini dipenuhi dengan tumbuhan rumput dan ilalanga. Omah Kapal, kini tidak bisa dilihat lagi dari luar, karena tertutup tembok yang mengelilingi bangunan. Berdasarkan pengamatan, kini, tempat tersebut dibuat untuk gudang pengolahan kayu.
Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan,
Sancaka Dwi Supani menyatakan, tiga istana Nitisemito itu sebetulnya
telah dinyatakan sebagai Bangunan Cagar Budaya (BCB), pada tahun 1998.
Nemun, kepemilikannya masih dipegang oleh perorangan, ahliwaris
Nitisemito.
"Berdasarkan Undang-Undang nomor 5 tahun 1992 tentang Bangunan Cagar Budaya, seharusnya pemilik merawat bangunan bersejarah tersebut. Kuudus sebagai kota industri, lebih spesifik sebagai Kota Kretek, ketiga bangunan tersebut mempunyai nilai historisitas yang sangat tinggi. Dan dapat menegaskan Kudus sebagai pelopor dan perintis industri rokok kretek di Indonesia," kata Supani, kemarin.
Selain itu, menurut Supani, tempat itu sebetulnya dapat dijadikan salah satu destinasi wisata di Kudus. Selain Menara Kudus dan Museum Kretek, bangunan tersebut dapat menarik wisatawan untuk datang ke Kudus, menikmati bangunan-bangunan bersejarah yang mempunyai nilai edukasi.
Terkait dengan terbengkelainya istana-istana Nitisemito itu, pihaknya mengaku pernah memperingatkan pemilik bangunan, untuk menjaga dan merawatnya. Namun, pemilik mengaku terkendala biaya perawatan, karena banguanan yang ada sangat besar, sehingga membutuhkan dana yang besar pula. (suwoko)
KESUKSESAN Nitisemito sebagai pengusaha rokok kretek dengan merek Bal Tiga sebelum masa kemerdekaan, membuat sang maestro ini membangun megah "istananya-istananya". Tak hanya satu, dia membangun Omah (rumah) Kembar, dan satu Omah Kapal. Namun, ketiga istananya tersebut, kini tampak tak terawat, bahkan, hampir roboh.
Di masanya, istana-istana Nitisemito sangat mentereng dibanding dengan bangunan lain di Kudus, khususnya rumah hunian. Omah Kembar dibangun di Jalan Sunan Kudus, Desa Demaan dan Janggalan, Kecamatan Kota. Sedangkan Omah Kapal, ia bangun di Jalan KHR Asnawi, Desa Damaran, Kecamatan Kota.
Omah Kembar dibangun masa kolonial Belanda dengan mengapit Sungai Kaligelis. Jika dilihat dari arah utara, atau dari jembatan Kaligelis, terlihat seperti rumah yang terbelah sungai. Rumah di sebelah barat, secara administratif masuk ke Desa Demaan, sedangkan di sebelah timur, masuk ke Desa Janggalan. Di dalam ke dua rumah tersebut terdapat berbagai perabot rumah yang mewah, di antaranya bermacam piring dan guci. Dan yang membuat dua rumah itu sangat dikenal, karena lantai rumah terbuat dari susunan uang logam.
Berdasarkan pengamatan dari luar, rumah tersebut tampak tak berpenghuni. Cat tembok rumah tersebut tampak lusuh. Bahkan, di rumah sebelah barat sungai, pagar rumah tampak miring dan hampir roboh. Namun, dilihat dari kejauhan, di atas atap rumah masih terlihat simbol Bal Tiga, sebuah tanda bahwa rumah tersebut adalah "istana" milik sang Raja Rokok Kretek.
Sedangkan Omah Kapal, dibangun pada sekitar tahun 1930. Rumah yang dibangun dengan arsitektur modern tersebut, sangat mirip dengan sebuah kapal laut. Rumah itu sengaja dibangun mirip dengan kapal laut untuk mengenang perjalanan dirinya pada saat berangkat haji ke Mekah. Bangunan rumah itu dibuat sangat mirip dengan kapal laut yang membawa Nitisemito saat berangkat haji.
Namun, sayangnya, kondisi bangunan antik tersebut sudah tidak terawat lagi. Atap bangunan telah roboh, beberapa bagian dinding roboh, dan hampir tidak berbentuk lagi. Bahkan, sisa bangunan itu, kini dipenuhi dengan tumbuhan rumput dan ilalanga. Omah Kapal, kini tidak bisa dilihat lagi dari luar, karena tertutup tembok yang mengelilingi bangunan. Berdasarkan pengamatan, kini, tempat tersebut dibuat untuk gudang pengolahan kayu.
Masuk BCB
"Berdasarkan Undang-Undang nomor 5 tahun 1992 tentang Bangunan Cagar Budaya, seharusnya pemilik merawat bangunan bersejarah tersebut. Kuudus sebagai kota industri, lebih spesifik sebagai Kota Kretek, ketiga bangunan tersebut mempunyai nilai historisitas yang sangat tinggi. Dan dapat menegaskan Kudus sebagai pelopor dan perintis industri rokok kretek di Indonesia," kata Supani, kemarin.
Selain itu, menurut Supani, tempat itu sebetulnya dapat dijadikan salah satu destinasi wisata di Kudus. Selain Menara Kudus dan Museum Kretek, bangunan tersebut dapat menarik wisatawan untuk datang ke Kudus, menikmati bangunan-bangunan bersejarah yang mempunyai nilai edukasi.
Terkait dengan terbengkelainya istana-istana Nitisemito itu, pihaknya mengaku pernah memperingatkan pemilik bangunan, untuk menjaga dan merawatnya. Namun, pemilik mengaku terkendala biaya perawatan, karena banguanan yang ada sangat besar, sehingga membutuhkan dana yang besar pula. (suwoko)
Seharusnya dirawat dengan baik
BalasHapus