60’s – 70’s era : It was all started in Manahan
Pada dekade 60an, di kawasan Manahan, Solo, muncul sekelompok anak muda
gondrong yang sering berlatih main musik di dalam garasi sebuah rumah.
Musik yang dimainkan tergolong keras pada jaman itu. Dan berhubung
mereka berlatihnya di sebuah garasi rumah (karena saat itu belum
dikenal adanya rental studio latihan di Solo) maka suara musik yang
mereka mainkan pun bisa terdengar sampai ke jalanan di sekitar rumah
mereka. Banyak orang yang kemudian berkerumun untuk menonton kelompok
band beranggotakan lima personil ini berlatih. Orang – orang kemudian
mengenal band dari Manahan ini dengan nama Taruna Cemerlang atau
Terncem. Dengan menggunakan alat musik yang sebagian merupakan buatan
sendiri dan peralatan sound yang disetel sekeras mungkin setiap kali
berlatih, Terncem menandai lahirnya scene musik rock di kota Solo pada
penghujung dekade 60an dengan banyak memainkan karya – karya musisi rock
barat masa itu macam Deep Purple, Jimi Hendrix, The Who dan Grand Funk
Railroad. Band yang punya vokalis nyentrik bernama Bernard Parnadi ini
kemudian merangsek menjadi salah satu band rock yang dikenal punya aksi
panggung fenomenal dalam percaturan musik rock Indonesia pada akhir 60an
hingga dekade 70an berbarengan dengan nama – nama tenar lain seperti
Giant step (Bandung), AKA (Surabaya) dan God Bless (Jakarta). Pada
dekade 70an pamor band – band rock manca negara seperti Blue Cheer, Deep
Purple, Led Zeppelin dan Black Sabbath memang sangat mendominasi yang
pada akhirnya menginspirasi anak – anak muda di Indonesia untuk
membentuk band – band rock sejenis.
Terncem
yang pada awal 70an sudah mulai dikenal di luar kota kelahirannya pun
tak mau kalah dengan koleganya di kota lain. Terncem dikenal dengan aksi
panggungnya yang kerap menampilkan aksi teatrikal seperti membawa ular
dan mengusung peti mati ke atas panggung atau bermain – main dengan api.
Vokalis Bernard Parnadi pernah melakukan aksi membakar topi yang
dipakainya. Terncem juga mulai melakukan rekaman pada tahun 1970 dan
menghasilkan album pertamanya berjudul Deremaco. Lagu – lagu di album
tersebut sangat kuat nuansa hardrocknya yang sebenarnya pada saat itu
masih belum banyak pendengarnya di Indonesia. Meski demikian, album ini
sempat melejitkan sebuah hit berjudul Jaman Edan. Sepanjang karirnya,
Terncem merekam album sebanyak tiga kali hingga tahun 1975. Konser –
konser band asal Solo ini selalu ramai. Konser mereka pada masa itu
tidak hanya berkutat di pulau Jawa saja, mereka bahkan bergerak sampai
ke kota – kota di Sumatera. Setiawan Djody pernah bergabung dengan
Terncem dalam beberapa konser, namun ketika Terncem hendak merekam album
perdananya, Setiawan Djody keluar karena harus pergi ke Amerika. Dalam
setiap konser, vokalis Bernard Parnadi dikenal dengan teriakan khasnya
yaitu : “ I’ll bring you…..FIRE!! “ setiap kali mengawali konser .
Sesaat setelah Bernard berteriak, api akan menyala di panggung diikuti
intro lagu “Fire” milik Arthur Brown yang biasa mereka gunakan sebagai
opening song.
Memasuki akhir dekade 70an, Solo kembali memunculkan sebuah band rock
yang cukup dikenal. Namanya Destroyer. Band yang terbentuk pada
pertengahan 70an ini gemar menggunakan mercon sebagai bagian aksi
panggungnya. Mercon yang digunakan tidak tanggung – tanggung, sehingga
sampai pernah membawa petaka. Sebuah catatan menyebutkan bahwa dalam
sebuah pertunjukan pada tahun 1976, Destroyer pernah membawa sebuah
lonceng besar berisi serbuk mercon yang akan dinyalakan pada saat mereka
beraksi di panggung. Entah bagaimana ceritanya, serbuk mercon dalam
lonceng itu meledak ketika para tehnisi tengah berusaha menghidupkan
kembali peralatan di atas panggung yang basah oleh hujan yang turun
sebelum pertunjukan. Lonceng berisi serbuk mercon itu pecah berantakan
dan kepingannya melukai beberapa orang.
Selain Destroyer dan Terncem, pada tahun 70-an Solo juga punya satu
lagi band rock lain yang cukup dikenal yaitu Yap Brothers. Band ini
meski lebih populer sebagai band disko, namun perjalanan karir Yap
Brothers juga tak lepas dari genre musik rock. Tak berbeda dengan
Terncem, Yap Brothers juga banyak memainkan lagu – lagu band barat
seperti Led Zeppelin dan Deep Purple. Band yang terdiri atas Chris
Yaputranto , Indrianto Yaputranto, Eduardo Yaputranto, Iwan Yaputranto,
dan Iwan Murjanto ini sempat menghasilkan beberapa album rekaman.
Terncem dan Yap Brothers sering dianggap sebagai dua band yang krusial
dalam perkembangan musik rock di kota Bengawan.
Era 60 dan 70an bisa dibilang merupakan era dimulainya perkembangan
scene musik rock di kota Solo. Meski tak mampu melahirkan band – band
yang long – lasting, namun keberadaan Terncem, Destroyer dan Yap
Brothers cukup menunjukan bahwa Solo juga ikut bergerak bersama kota –
kota lainnya dalam kancah musik rock di Indonesia pada era 60 dan 70an,
meski ironisnya pada dekade 80an Solo justru agak melempem dalam
melahirkan band – band rock yang berkualitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar