Kampung Sasirangan adalah tempat
pembuatan batik khas Banjarmasin yaitu kain sasirangan dimana pembuatan
batik ini masih menggunakan cara tradisional seperti kerajinan batik di
pulau jawa.
Kampung Sasirangan terletak di Jalan
Seberang Masjid Kelurahan Kampung Melayu, sejak 2010 telah dijadikan
salah satu obyek wisata souvenir kerajinan kain dan busana sasirangan.
Pembentukan kampung sasirangan oleh Dinas Pariwisata Pemkot Banjarmasin
ini bertujuan memudahkan pembeli sekaligus sarana pembinaan kepada usaha
mikro kecil dan menengah.
Kain Sasirangan
Kain
Sasirangan ini asal mulanya digunakan atau dipercaya untuk kesembuhan
bagi orang yang tertimpa suatu penyakit (pamintaan). Kain ini dipakai
pada upacara adat suku daerah Banjar. Kain sasirangan ini berbentuk
laung (ikat kepala), kekamban (kerudung) dan tapih bumin (kain sarung).
Sebagai bahan pewarna diambil dari bahan bahan pewarna alam seperti
jahe, air pohon pisang, daun pandan dll.
Menurut sejarah sekitar abad XII sampai
abad ke XIV pada masa kerajaan Dipa, di Kalimantan Selatan telah dikenal
masyarakat sejenis batik sandang yang disebut Kain Calapan yang
kemudian dikenal dengan nama Kain Sasirangan.
Menurut cerita rakyat atau sahibul
hikayat, kain sasirangan yang pertama dibuat yaitu tatkala Patih Lambung
Mangkurat bertapa selama 40 hari 40 malam di atas rakit balarut banyu.
Menjelang akhir tapanya rakit Patih tiba di daerah Rantau kota
Bagantung. Dilihatnya seonggok buih dan dari dalam buih terdengan suara
seorang wanita, wanita itu adalah Putri Junjung Buih yang kelak menjadi
Raja di Banua ini. Tetapi ia baru muncul ke permukaan kalau
syarat-syarat yang dimintanya dipenuhi, yaitu sebuah istana Batung yang
diselesaikan dalam sehari dan kain dapat selesai sehari yang ditenun dan
dicalap atau diwarnai oleh 40 orang putri dengan motif wadi /
padiwaringin. Itulah kain calapan / sasirangan yang pertama kali dibuat.
Kain Sasirangan adalah kain yang didapat
dari proses pewarnaan rintang dengan menggunakan bahan perintang
seperti tali, benang atau sejenisnya menurut corak-corak tertentu. Pada
dasarnya teknik pewarnaan rintang mengakibatkan tempat-tempat tertentu
akan terhalang atau tidak tertembus oleh penetrasi larutan zat warna.
Prosesnya sering diusahakan dalam bentuk industri rumah tangga, karena
tidak diperlukan peralatan khusus, cukup dengan tangan saja untuk
mendapatkan motif maupun corak tertentu, melalui teknik jahitan tangan
dan ikatan.
Sebagai bahan baku kainnya, yang banyak
digunakan hingga saat ini adalah bahan kain yang berasal dari serat
kapas (katun). Hal tersebut disebabkan karena pada mulai tumbuhnya
pembuatan kain celup ikat adalah sejalan dengan proses celup rintang
yang lain seperti batik dan tekstil adat. Untuk saat ini pengembangan
bahan baku cukup meningkat, dengan penganekaragaman bahan baku non kapas
seperti : polyester, rayon, sutera, dan lain-lain.
Desain/corak didapat dari teknik-teknik
jahitan dan ikatan yang ditentukan oleh beberapa faktor, selain dari
komposisi warna dan efek yang timbul antara lain : jenis benang/jenis
bahan pengikat.
Dengan mengkombinasikan antara
motif-motif asli yang satu dengan motif asli yang lainnya, maka kain
kain sasirangan makin menarik dan kelihatan modern Selain itu
motif-motif tersebut dimodifikasi sehingga menciptakan motif-motif yang
sangat indah namun tidak meninggalkan ciri khasnya. Adapun corak atau
motif yang dikenal antara lain Kembang Kacang, Ombak Sinapur Karang,
Bintang Bahambur, Turun Dayang, Daun Jaruju, Kangkung Kaombakan, Kulit
Kayu, Sarigading, Parada dll.
Produk barang jadi yang dihasilkan dari
kain Sasirangan yaitu Kebaya, Hem, Selendang, Jilbab, Gorden, Taplak
Meja, Sapu Tangan, Sprei dll. Penggunaan Kain Sasirangan inipun lebih
meluas yaitu untuk busana pria maupun wanita yang dipakai sehari-hari
baik resmi atau tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar