Oleh : fathur rohman | ||
Banyak
hal sepele atau hal kecil yang sering terabaikan di kantor. Padahal
hal sepele itu justru merupakan "cermin" profesionalisme dalam bekerja.
Bahkan berpahala. Bekerja adalah sebagai salah satu bentuk ibadah.
Suatu bentuk aktivitas sekecil apapun jika didasari keikhlasan dan
dilakukan dengan cara yang benar adalah ibadah. Lebih-lebih di bulan
Ramadhan seperti sekarang ini. Dimana kita sangat dianjurkan melakukan upgrading ibadah dan amal kebaikan. Kata Aa' Gym : "Mulailah dari yang kecil, mulailah dari diri sendiri dan mulailah dari sekarang".
Membuang
puntung rokok pada tempatnya, membuang bungkus permen di tempatnya
atau memasukkannya ke dalam saku untuk sementara waktu untuk dibuang
ketempat semestinya, mematikan lampu kamar mandi jika sudah tidak
dipakai, mematikan kran air jika sudah selesai pakai, menyiram sampai
bersih dan tidak berbau setelah BAB dan BAK, adalah sederet hal sepele
yang merupakan ibadah, mendatangkan pahala dari Allah dan akan
meningkatkan goodwill lembaga. Sepertinya, sense of belonging masih menjadi PR hampir disetiap kantor.
Budaya
senyum, salam, sapa, sopan dan santun (5S), semestinya menjadi
perhatian utama dalam mewujudkan kenyamanan bekerja. Saling
menghormati, saling menghargai dan saling menyayangi. InsyaAllah hal
ini akan berdampak kepada peningkatan produktifitas kerja. Visi dan
misi perusahan akan terealisasi dengan baik.
Budaya
disiplin, disiplin waktu, disiplin berpenampilan, disiplin berbicara,
disiplin administrasi, dan disiplin-disiplin yang lainnya masih perlu diupgrade
lagi. Coba kita lihat rapor kedisiplinan kita. Berapa kali kita
terlambat dalam sebulan? Berapa kali kita tidak masuk kerja dalam
sebulan? Mudah-mudahan jawabannya tidak pernah. Alhamdulillah. Marilah
kita jujur dengan segenap kejernihan hati dan pandangan positif untuk
introspeksi diri. Hanya dengan loyalitas, komitmen dan dedikasi yang
tinggi semoga pertanyaan diatas terjawab.
Terkadang
tidak sadar bahwa ucapan kita menganggu rekan kerja yang yang sedang
serius bekerja. Kata bijak mengatakan : "Mulutmu harimau kamu". Dalam
hal ini Nabi pun mengingatkan bahwa : "Selamatlah manusia jika dia
mampu menjaga lisannya". Begitu urgennya lisan ini. Jangan sampai hati
rekan kerja terluka karena lisan kita, omongan kita yang sengaja
ataupun tidak sengaja. Mungkin juga dalam canda ria kita. Kepekaan,
empati dan simpati dengan rekan kerja akan tumbuh dengan sendirinya
jika kita latih. Karena dengan latihan itu akan membentuk good habit.
Keteladanan
dari Pimpinan juga menjadi hal yang sangat urgen untuk diperhatikan.
Pimpinan adalah panutan. Satunya kata dan perbuatan, satunya sikap dan
norma serta aturan akan menjadi trigger profesionalisme. Profesionalisme itu sendiri akan menjadi trigger
keberhasilan terwujudnya Visi dan Misi lembaga. Slogan dan moto yang
terpasang rapi dan indah dipigora ruang kantor akan lebih indah jika
terimplementasikan di dalam kehidupan kantor. Keteladanan pimpinan akan
membawa dampak positif yang luar biasa kepada bawahan. Penyakit NATO (No Action Talk Only)
tidak akan menjangkiti kita semua, baik pimpinan maupun bawahan jika
ada komitmen dalam diri untuk selalu berbuat yang terbaik bagi diri dan
orang lain.
Tulisan sederhana ini semoga bisa
menjadi "cermin diri" untuk evaluasi dan introspeksi demi
terealisasinya visi dan misi lembaga tercinta. Kejernihan hati,
kebersihan fikiran, positive thinking, husnudzon, obyektif
adalah kaca mata yang tepat untuk melihat diri kita sendiri. Semoga
Allah Swt selalu memberikan yang terbaik kepada diri, keluarga dan
lembaga kita tercinta. Amin.
|
Rabu, 03 Oktober 2012
Berburu Pahala di Kantor
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar